Total Tayangan Halaman

Sabtu, 10 Maret 2012

Cerber 45. Kasih Tak Sampai. 6. Kata Maaf Yang Indah



Sabtu malam minggu tanggal 09 Januari 2009 (tiga minggu setelah kehilangan dompetnya di bis) Romi tidak pergi kemana – mana. Setelah sholat isya ia hanya berjalan keluar – masuk kekamar saja. Ia tampak sangat gelisah sekali.
Sesekali Romi berdiri dihalaman asrama. Ia menengadah kelangit. Memandang bintang – bintang yang bertebaran disegala penjuru langit. Namun keindahan bintang – bintang itu tidak sanggup meredakan kegelisahannya. Sesekali ia meremas jemarinya.
Tidak lama kemudian Romi berjalan menuju ke tempat air pancuran. Ia mengambil air wudlu. Selesai berwudlu ia masuk kedalam masjid. Sebelum duduk ia mendirikan sholat tahiyatul masjid dua roka’at lantas membaca Al – Qur’an. 
Setengah jam kemudian ia mengakhiri membaca Al – Qur’an. Ia menutup Al – Qur’an itu dan mengembalikannya ketempat semula. Lantas ia berjalan menuju asrama dan masuk kedalam kamarnya.
“Maaf ustadz ! Bolehkah aku bertanya ?” Tanya Syukur kepada Romi.
“Boleh saja. Bertanya tentang apa ?” Jawab Romi.
“Aku lihat sejak beberapa minggu ini ustadz tampak gelisah sekali. Tapi malam ini mungkin puncak kegelisahan yang ustadz alami. Apa benar begitu ustadz ?”
“Betul. Aku sedang gelisah. Tapi aku juga sedang senang.”
“Aneh kedengarannya. Susah kok senang. Senang kok susah. Apa maksdunya ?”
“Susah karena KTP, kartu OSIS dan kartu santriku hilang sejak tiga minggu yang lewat. Senangnya adalah ustadz Toha yang sedang belajar di Al – Azhar Mesir akan mentransfer uang untukku. Tapi susahnya lagi aku harus membuka rekening. Aku berjanji kepadanya bahwa besuk hari Senin aku sudah membuka rekening itu.  Persyaratan membuka rekening itu adalah KTP. Padahal KTPku sampai sekarang belum ketemu. Mau membuat KTP baru juga lama.”
“Aneh kedengarannya. Mahasiswa di Al – Azhar Kairo itu butuh banyak uang. Tapi mengapa mau mengirim uang ke ustadz yang ada di Indonesia. Benar – benar aneh ustadz. Bagaimana bisa begitu ustadz ?”
“Itulah namanya keajaiban dunia. Uang dari sini dikirim kesana. Sementara uang dari sana dikirim kesini. Itu semua karena keadilan Alloh. Itulah rahasia Alloh. Memang kalau Alloh yang berkehendak tidak ada yang aneh. Bukankah kalau Alloh berkehndak DIA hanya berfirman “KUN” jadilah kamu. Maka sesuatu akan jadi.”
“Betul demikian ustadz. Tapi kalau boleh tahu bagaimana ceritanya ustadz mau dikirimi uang dari sana ?”
“Penasaran juga ya kamu ?”
“Betul ustadz. Aku sangat penasaran.”
 “Ceritanya begini. Beberapa bulan yang lewat Ustadz Toha kenal dengan gadis asli Mesir. Entah bagaimana ceritanya ia bisa kenal dengan gadis itu. Gadis itu cerita kepada Ustadz Toha bahwa ayahnya sakit tidak sembuh – sembuh. Padahal sudah diobatkan ke berbagai dokter dan ke pengobatan alternative. Tiba – tiba gadis itu meminta Ustadz Toha  untuk datang kerumahnya untuk menengok ayahnya. Kalau bisa untuk mengobati ayahnya yang sakit itu. Kita tahu bahwa Ustadz Toha ketika di Indonesiapun suka mengobat. Maka ketika itu ia mencoba datang kerumah gadis tersebut. Sampai dirumah gadis itu ia mencoba untuk mengobatinya. Setelah diobati dengan doa – doa besuk paginya ayah gadis tersebut sakitnya semakin ringan. Dan setiap kali Ustadz Toha datang mengobati sakit ayahnya berkurang. Maka Ustadz Toha diminta datang dan mengobatinya setiap tiga hari sekali. Setelah selama enam bulan diobatinya ayah gadis itu sembuh total.  Karena gembiranya maka keluarga gadis tersebut memberikan hadiah sebuah mobil. Tapi Ustadz Toha tidak mau diberi hadiah mobil. Lantas keluarga gadis itu memberikan hadiah uang senilai 75 juta. Saat awal Ustadz Toha mau mengobati ayah gadis tersebut ia meminta bantuanku. Bantuan doa pula dari sini. Kalau ia sembuh dan diberi hadiah oleh keluar si sakit Ustadz Toha berjanji akan memberi hadiah pula  kepadaku. Kemarin Ustadz Toha tilpun akan mengirimkan uang tujuh setengah juta untukku sebagai hadiah. Begitulah ceritanya.”

Cerber 44. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG


“Mengawal apa ?”

“Tampaknya kamu tertarik sama putri penjual nasi krengsengan itu kan ?”

“Hemmm …. Aku rasa kamulah yang tertarik kepadanya. Kalau aku biasa saja. Benci tidak, sukapun juga tidak. Aku biasa saja.”

“Jangan pura – pura Romi. Buktinya kamu akan kembali kesana lagi. Kamu ingin bisa memandang wajahnya yang cantik kan ? Berarti kamu suka kepadanya. Awas ya ! Kalau kamu tidak suka bagaimana kalau aku yang suka kepadanya ?”

“Silahkan saja ! Aku bersyukur kalau kamu tertarik kepadanya. Karena bila aku ada acara ke Tuban setiap bulan sekali bisa mampir ditempamu. Bagus … bagus. Aku doakan kamu jadian sama dia ya ?”

“Hemmm … Jangan begitu ah. Aku hanya seloroh saja. Kalau aku jadian sama dia, terus bagaimana dengan calonku yang sekarang masih di pesantren Langitan ?”

“Di tukar saja.”

“Ditukar bagaimana maksdumu ?”

“Siska untukmu dan calonmu untukku. He he he ….Aku hanya canda lho. Jangan marah.”

Canda  mereka berhenti ketika mereka sampai di Kecamatan Tambak Boyo. Mereka turun dari mobil pick up itu. Mereka terus masuk disebuah warung nasi untuk sarapan pagi. 

Sinar mentari pagi menyebar kesluruh dunia. Menyebarkan kehangatan. Membangkitkan semangat bekerja bagi siapa saja.***
________________________________
Insyaalloh bersambung

Cerber 43. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG


“Tidak apa – apa. Aku memaklumi. Akulah yang harus minta maaf kepada Siska. Karena aku sudah bertindak terlalu ceroboh. Kalau begitu ini uangnya untuk tiga bungkus roti yang aku bawa ini. Oke kalau begitu kami pamit duluan.”  Romi menyerahkan uangnya kepada Hajjah Aminah.

“Tidak. Tidak nak. Aku tidak mau menerima uang itu. Roti itu memang sengaja aku berikan sebagai oleh – oleh untuk adik – adikmu yang ada dirumah. Aku bersyukur bisa berkenalan denganmu nak. Ternyata kamu adalah orang yang tulus dan baik. Tidak seprti orang – orang yang aku jumpai sebelumnya. Sekarang akupun tahu bahwa kamu bukan pemuda seperti pemuda – pemuda sebayamu. Dengan kamu kembali kesini untuk membayar hutang dan dandanan semacam itu naluriku mengatakan bahwa kamu bukan sembarang pemuda.” Puji Hajjah Aminah.

“Ah jangan terlalu menyanjung ! Jangan terlena dengan hanya sekedar dandanan ! Semua orang bisa memakai pakaian yang macam apa saja. Tapi yang perlu diingat Alloh tidak melihat wajah seseorang, tidak melihat suara seseorang, tidak melihat pakaian,  tetapi Alloh melihat hati seseorang. Walaupun aku mempunyai pakaian semacam ini jangan lantas ibu menganggapku pemuda yang alim. Bisa juga aku pemuda yang sebaliknya.” Sanggah Romi.

“Kamu boleh bilang semacam itu nak. Tapi hatiku mengatakan bahwa kamu adalah pemuda yang baik. Kamu santri disebuah pesantren terkenal di Sarang kan ? Biasanya santri itu lain dibanding dengan santri.”

“Sudahlah bu, uang ini aku tinggal disini. Uang ini aku sedekahkan saja. Kalau ibu tidak mau menerima silahkan diberikan kepada siapa saja. Boleh juga diberikan kepada pengemis. Sekarang juga aku pamit bu. Wassalamu’alaikum.” 

“Sebentar… Sebentar ! Mana alamatmu nak ? Suatu ketika aku ingin berkunjung kerumahmu nak.” Pinta Hajjah Aminah.

“Insyaalloh besuk – besuk aku masih kesini lagi bu. Aku sering pergi ke Tuban kok. Maaf aku tergesa – gesa !”

“Ya sudah. Hati – hati ya ?”

Rofiq segera menstart mobilnya. Kemudian ia memacu mobilnya kearah barat. Arah Kecamatan Tambak Boyo. 

“Romi ! Gadis tadi cantik ya ? Tapi sayang ia sangat sombong. Ketika kamu memberikan uang kepadanya ia mencibirmu. Ia membuang pandangannya. Kemudian ia pergi menghindarimu. Bagaimana perasaanmu ?” Tanya Rofiq kepada Romi.

“Betul cantik. Menurutku ia tidak sombong. Hanya karena ia punya masalah maka ia mudah tersinggung. Insyaalloh lain kali aku akan pergi kesana lagi. Karena penjual nasi itu terlalu baik sifatnya. Tapi aku lebih suka bicara yang lain saja. Aku tidak mau mencari – cari sifat negetifnya. Aku takut dosa. Sekarang ini yang aku pikirkan bagaimana aku segera sampai dirumah dan istirahat. Karena aku kurang tidur selama tiga hari ini.”   Jawab Romi.

“Oke… oke. Kalau kesana lagi aku mau mengawalmu.”

“Mengawal apa ?”

“Tampaknya kamu tertarik sama putri penjual nasi krengsengan itu kan ?”

“Hemmm …. Aku rasa kamulah yang tertarik kepadanya. Kalau aku biasa saja. Benci tidak, suka[un juga tidak. Aku biasa saja.”

“Jangan pura – pura Romi. Buktinya kamu akan kembali kesana lagi. Kamu ingin bisa memandang wajahnya yang cantik kan ? Berarti kamu suka kepadanya. Awas ya ! Kalau kamu tidak suka bagaimana kalau aku yang suka kepadanya ?”
______________________
Insyaalloh bersambung

Cerber 42. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG


“Hemmm … Kamu sudah tahu pemuda tampan Sis ? Kamu malah ceramah. Sudah … sudah. Sekarang bukan waktunya ceramah. Sekarang ambilkan saja tiga bungkus roti itu untuk mama ! Dan ambilkan juga tas kresek hitam itu digantungan itu !”

“Untuk apa mama ? Mama mau sarapan dengan tiga bungkus roti itu ? Sebungkus saja mama tidak akan habis. Beratus sisir mama isinya.”

“Tidak usah banyak tanya ini sudah siang Sis !”

Siska mengambilkan tiga bungkus roti dan tas kresek yang diminta mamanya. Kemudian menyerahkan kepada mamanya. Setelah itu Siska kembali duduk diluar. Sesekali ia melirik Romi yang penyot dan Rofiq yang tampan. 

“Ini nak tasnya ! Mohon maaf nak kalau semalam tasnya aku suruh meninggalkan disini. Aku hanya takut terhadap orang – orang  yang tidak bertanggung jawab. Dulu sering terjadi semacam itu nak. Berlagak tidak punya uang mereka minta diberi pinjaman. Katanya mau kembali besuknya untuk membayar hutang makannya. Tahunya sampai sekarang tidak pernah kembali lagi.” Hajjah Aminah menyerahkan tas Romi dan memberikan tiga bungkus roti juga.

“Ooo …. Begitu. Tidak apa bu. Kalau tasku tidak menginap disini aku tidak akan kembali kesini. Seharusnya akulah yang minta maaf. Karena berani makan nasi diwarung tanpa membawa uang sepeserpun.” Romi menimpali.

Sebelum pergi Romi mengamati tas kresek hitam. Ia membuka tas kresek hitam itu. Melihat apa yang ada didalamnya. Beberapa saat kemudian ia tahu bahwa isi tas kresek hitam itu adalah tiga buah roti.

“Hemmm … Terima kasih oleh – olehnya. Nanti bisa untuk adik – adik kami dirumah. Sebagai tanda terima kasihku maka ijinkan aku sedikir memberikan tali asih kepada putri ibu. Untuk sekedar  beli jajan besuk pagi disekolahnya.” Romi menimpali Hajjah Aminah.

Romi merogoh sakunya. Ia mengambil uang dari sakunya. Lantas memberikan uang itu kepada Siska.
“Maaf mbak ! Ini sedikit uang untuk rasa terima kasihku atas dirawatnya tas jelekku disini. Ambil saja bisa hanya sekedar untuk jajan disekolah besuk pagi.” Kata Romi kepada Siska.

“Berikan saja uang itu kepada mamaku. Beliau yang merawat tas itu, bukan aku. Maka yang berhak menerimanya adalah mamaku.” Tolak Siska dengan mencibir.

Siska tidak mau menerima uang pemberian Romi itu. Ia tidak simpati terhadap Romi yang wajahnya bengkak – bengkak itu. Hatinya bergumam “Hemmm … mengapa kamu memberikan uang kepadaku ? Apa kamu suka sama aku ? Walaupun kamu suka aku dan memberi uang kepadaku aku tidak akan suka kepadamu. Kenapa bukan pemuda yang tampan itu yang memberikan uang kepadaku ? Kalau pemuda yang satu itu tanpa memeberikan uang sepeserpun aku suka juga.”
 
Romi sangat malu terhadap penolakan Siska itu. Mukanya yang bengkak dan jelek bagaikan dikupas saja. Rasa hatinya pedih. Ia salah tingkah. Tetapi ia memaklumi terhadap penolakan Siska itu. Ia merasa salah. Karena belum kenal sama sekali berani memberikan uang kepadanya. Dan perbuatan dirinya memberikan uang uang itu memang kurang pas, kurang layak. Karena tindakan memberikan uang itu bisa diartikan negative.  Baik oleh Siska maupun orang lain. Dan bisa menimbulkan fitnah. Begitu pikir Romi.

“Oh, maaf kalau begitu ! Aku salah alamat. Terima kasih atas sarannya mbak.” Kata Romi kepada Siska.
Siska tidak merespon kata – kata Romi itu. Bahkan ia membuang mukanya. Kemudian ia berdiri dan masuk kedalam dapur. Tampak sekali Siska menghindari Romi. 

“Maafkan nak putriku, Siska ! Sifatnya memang semacam itu ! Siska lagi ada masalah. Jadi mudah tersinggung.”

“Tidak apa – apa. Aku memaklumi. Akulah yang harus minta maaf kepada Siska. Karena aku sudah bertindak terlalu ceroboh. Kalau begitu ini uangnya untuk tiga bungkus roti yang aku bawa ini. Oke kalau begitu kami pamit duluan.”  Romi menyerahkan uangnya kepada Hajjah Aminah.
_______________________
Insyaalloh bersambung

Cerber 40. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG


Hajjah Aminah mengamati pemuda yang bengkak wajahnya beberapa saat. Lantas ia berkata.

“Apa kamu yang tadi makan malam disini itu ?” Tanya Hajjah Aminah.

“Betul. Akulah yang tadi malam makan disini dengan mengutang. Maka pagi ini aku bayar hutangku. Ini uangnya.”  Jawab Romi.

Romi memberikan uang sejumlah 25 ribu kepada Hajjah Aminah. Selembar uang receh dua puluhan, dan selembar uang lima ribuan.

“Lho memangnya berapa hutangmu tadi malam ?” Tanya Hajjah Aminah.

“Tadi malam hutangku 7 ribu. Sekarang biarlah aku bayar 25 ribu. Tujuh ribu untuk membayar makan dan sisanya untuk jasanya.”

“Jasa apa ?”

“Jasa ibu menjaga tasku semalam. Sehingga tasku aman.”

“Ah, ada – ada saja. Tapi kan tas itu untuk jaminan kan ? Tidak usahlah. Aku tidak mau menerima uang selebihnya dari 7 ribu.”

“Biarlah ! Sisanya aku sedekahkan saja kalau begtu.”

“Ah, aku tidak mau. Pokoknya aku tidak mau menerima. Titik…” Tolak Hajjah Aminah.

Hajjah Aminah lantas masuk kedalam (dapur) lagi. Bermaksud menjumpai putrinya. Tapi Siska, putrinya tidak didalam. Siska hanya berdiri disebelah pintu. Siska mengintip dan mendengarkan semua dialog antara mamanya dan kedua orang tamunya itu.

“Hemmm …. Kamu disini Sis, ada apa ?” Tegur Hajjah Aminah terhadap putrinya.

“Ya mama. Aku mendengarkan obrolan mama dengan mereka.”   Jawab Siska.

“Untuk apa ? Tidak pantas gadis sebesar kamu mengintip – intip obrolan mama dengan pemuda.”

“Kenapa tidak pantas mama. Siska kan sudah kelas tiga SMA. Sebentar lagi tamat sekolah SMA. Masak mendengarkan obrolan semacam itu saja tidak boleh. Siska kan juga ingin bisa bergaul mama.” Jawab Siska yang pelajar SMA 1 Tuban itu.

“Sudah – sudah sana duduk didepan sana !” Hajjjah Aminah menumpahkan sedikit rasa jengkelnya.

“He he he … mama. Pagi – pagi sudah marah – marah. Menurut Siska uang sedekah pemuda itu lebih baik diterima saja mama. Itu jelas halal mama. Dan bisa untuk uang jajan Siska besuk pagi.” Pinta Siska.

“Hus … !!! Apa kamu bilang ? Kalau diterima uang sedikit itu bisa menjadikan bencana bagi warung kita Sis.”

“Bencana apa mama ? Masak sih uang segitu bisa menjadikan bencana bagi warung kita. Apa kita dianggap korupsi ?”

“Huh …!!! Kamu tidak paham juga Sis. Kalau uang dari pemuda itu kita terima, maka pemuda itu bisa menyebarkan fitnah. Warung kita diisukan rentenir. Uang tujuh ribu selang semalam saja bisa menjadi 25 ribu. Maka langganan kita akan lari dari sini Siska.”

“Aku pikir tidaklah mama. Mereka pemuda  tampan mama. Hatinya tentu juga tampan. Apalagi mereka itu tampaknya juga ustadz. Mana mungkin ada ustadz mau menyebarkan fitnah. Mereka tentu tahu mama bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan mama. Begitu kata guru agama disekolahku.”

“Hemmm … Kamu sudah tahu pemuda tampan Sis ? Kamu malah ceramah. Sudah … sudah. Sekarang bukan waktunya ceramah. Sekarang ambilkan saja tiga bungkus roti itu untuk mama ! Dan ambilkan juga tas kresek hitam itu digantungan itu !”
__________________
Insyaalloh bersambung

SURAT 90. AL BALAD



Terjemahan Text Qur'an Ayat
Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah), لا أُقْسِمُ بِهَذَا الْبَلَدِ 1
dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini, وَأَنْتَ حِلٌّ بِهَذَا الْبَلَدِ 2
dan demi bapak dan anaknya. وَوَالِدٍ وَمَا وَلَدَ 3
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي كَبَدٍ 4
Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya? أَيَحْسَبُ أَنْ لَنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ 5
Dia mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak". يَقُولُ أَهْلَكْتُ مَالا لُبَدًا 6
Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? أَيَحْسَبُ أَنْ لَمْ يَرَهُ أَحَدٌ 7
Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ 8
lidah dan dua buah bibir. وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ 9
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ 10
Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?. فَلا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ 11
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ 12
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, فَكُّ رَقَبَةٍ 13
atau memberi makan pada hari kelaparan, أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ 14
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ 15
atau orang miskin yang sangat fakir. أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ 16
Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ 17
Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ 18
Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ 19
Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat. عَلَيْهِمْ نَارٌ مُؤْصَدَةٌ 20

Cerber 39. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG


“Tidak perlu banyak – banyak. Kebanyakan malah tidak pulang. Malah pergi ke Surabaya. Kerumah Hasan. Disana ada bidadari lho. Sudahlah ayo berangkat saja ! Tidak usah terlalu banyak seloroh lagi!”

“Hemmm …. Kamupun mengajak seloroh juga. Memangnya Hasan, kawan kita itu punya adik perempaunkah ?”

“Tidak. Hasan tidak punya adik perempuan. Tapi putri dari penghuni rumah yang berhadapan dengan Hasan seorang mahasiswi yang sangat cantik. Makanya Hasan lama tidak kembali ke pesantren. Dia tampaknya sangat tertarik kepada gadis itu.”

“Ooo … begitu. Mesin mobil sudah cukup panas, ayo kita berangkat saja!”

“Hayya !”

Mereka berdua bergegas menuju kerumah. Sampai dirumah mereka berganti pakaian. Mereka memakai peci hitam, sarung warna putih dan baju koko berwarna putih juga. Mereka berdua seperti ustadz saja.
Sebentar kemudian mereka keluar rumah. Rofiq menuju garasai untuk mengeluarkan mobil  pick upnya. Sedangkan Romi menuju halaman rumah sambil melemaskan anggota badannya.

Sebentar kemudian mobil melaju kearah timur. Kearah terminal Tuban. Dan satu jam kemudian sampailah di terminal.

“Kemana kita sekarang ?” Tanya Rofiq.

“Itu disebelah sana itu. Warung nasi krengsengan yang ada disana itu.” Jawab Romi.

“Ooo …. Kita makan pagi disana ? Makan pagi nasi krengsengan ?”

“Boleh juga. Disanalah tasku aku titipkan semalam.”

Rofiq membelokkan mobil kearah warung yang ditunjukkan oleh Romi. Sampai didekat warung tersebut Hasan memarkir mobil pick up itu. Kemudian mereka membuka pintu dari sisi masing- masing. Lantas keduanya turun dari mobil dan berjalan menuju warung krengsenagn itu.

Ketika mereka sampai diwarung itu Bu Hajjah Aminah, penjual nasi krengsengan itu belum tampak. Karena ia masih meracik bumbu di belakang. Mereka hanya menjumpai Siska, putri Hajjah Aminah yang sedang membaca majalah didepan warung.

“Assalamu’alaikum ! Mamanya ada dek ?” Romi menebarkan salam persahabatan kepada Siska.

“Wa’alaikum salam. Ada mas. Masih dibelakang masak belum selesai. Mau sarapan mas ?” Jawab Siska.

“Ya, mau sarapan. Tolong panggilkan sebentar !” Pinta Romi.

“Tapi belum masak mas. Sebentar lagi mungkin.”

“Tidak apa – apa walaupun belum masak. Aku ada penting sedikit dengan mamanya.”

“Ow… tunggu sebentar mas biar aku panggilkan !”

Siska pergi ke belakang (dapur) menjumpai mamanya. Sampai dibelakang (dapur) ia menyampaikan ada dua orang pembeli mau bertemu.

“Mama ! Ada dua orang pembeli yang berpakain ala ustadz mau bertemu mama. Pemuda yang satunya tampan. Tapi yang satunya wajahnya bengkak – bengkak jelek dan menakutkan ma.” Kata Siska kepada mamanya.

“Hus …. Jangan bilang begitu. Kalau mendengarkan uacapanmu mereka bisa marah. Jadinya tidak enak Sis. Biar mama saja yang menemui. Kamu disini saja.”

Hajjah Aminah kemudian menemui dua orang yang mau sarapan itu. Sampai didepan ia mengamati dua orang yang ada dihadapannya itu. Ia tidak menandai lagi terhadap Romi yang semalam makan diwarungnya dengan menghutang itu.

“Assalamu’alaikum. Mau sarapan nak ?” Tanya Bu Hajjah Aminah.

“Wa’alaikum salam. Kalau sudah masak boleh juga. Tapi kalau belum masak kami tidak usah sarapan disini. Aku hanya ingin membayar hutangku tadi malam buk. Sekaligus aku mengambil barang titipanku berupa tas jelek yang tadi malam itu.” Jawab Romi.

Hajjah Aminah mengamati pemuda yang bengkak wajahnya beberapa saat. Lantas ia berkata.
“Apa kamu yang tadi makan malam disini itu ?” Tanya Hajjah Aminah.

“Betul. Akulah yang tadi malam makan disini dengan mengutang. Maka pagi ini aku bayar hutangku. Ini uangnya.”  Jawab Romi.

Romi memberikan uang sejumlah 25 ribu kepada Hajjah Aminah. Selembar uang receh dua puluhan, dan selembar uang lima ribuan.

“Lho memangnya berapa hutangmu tadi malam ?” Tanya Hajjah Aminah.
____________________
Insyaalloh bersambung...!!!

Cerber 38. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG


Romi mengamat – amati orang yang lari pagi itu. Siapa tahu ia akan  jumpa dijalan dengan kawannya. Mereka yang lari pagi itu juga mengamati wajah Romi yang jelek itu.  Wajah bengkak membiru akibat dihajar orang di terminal Bungurasih Surabaya kemarinnya. 

Tidak berselang lama Romi mengatahui kawan yang dicarinya itu diantara orang banyak yang lari pagi. Ia menerobos mereka dan mendekat kearah kawannya tersebut.

“Assalamu’alaikum. Selamat pagi Fiq ! Mau kemana pagi – pagi buta semacam ini lari - lari.” Teriak Romi kepada kawannya Rofiq yang sedang lari pagi.

Pemuda yang disapa Romi itu berhenti lari. Ia mengamat – amati pemuda berwajah bengkak dan berwarna biru itu. Ia menerka – nerka pemuda yang memanggilnya. Sebelum pemuda itu menemukan jawabannya Romi sudah mendekat dan menyapanya kembali.

“Hai lupa sama aku ya ? Kenalkan Si Romi kawan di pesantren.” Sambung romi.

“Ouuw… Kamu Romi santri misterius ? Kanapa wajahmu bengkak – bengkak seperti …. He he he …” Jawab Rofiq.

“Seperti apa ?”

“Seperti apa ya. Ah tidak tidak jadi. Tidak seperti apa – apa….” Jawab Rofiq tidak jadi berseloroh.

“Ya udah. Bisakah aku minta tolong pagi ini Fiq ?”

“Of course. Minta tolong apa ?”

“Pinjami aku uang dan sekarang juga antarkan aku pergi ke terminal Tuban”

“Tumben amat. Sebentar ! Kenapa buru – buru ? Ini kan masih terlalu pagi untuk pergi kesana. Ayo kita mencari penghangat perut lebih dulu. Masak mau pergi ke Tuban kamu hanya berpakaian semacam itu ?”

“Ini penting Fiq. Nanti siang aku mau membantu presentasi abah dirumah. Bahan – bahannya masih ada di fashdisk. Sekarang flashdisknya masih ada disana. Akut takut hilang. Ayo cepatlah !”

“Pagi ini kamu tidak seperti biasanya. Biasanya kamu santai saja. Kenapa pagi ini terkesan buru – buru. Di terminal ditempat siapa ? Oh ya, ngomong – ngomong siapa yang tadi pagi yang adzan shubuh dimasjid? Suaranya merdu sekali. Mesti yang adzan subuh tadi kamu. Aku menandai suaramu.  Lagunya juga lagu yang biasa kamu pakai adzan di pesantren. Memang kamu menginap dimana ?”

“Aku sebenarnya tidak ingin cerita panjang lebar tentang apa yang kamu tanyakan. Aku hanya ingin segera pergi ke terminal Tuban. Tetapi sedikit aku jawab pertanyaanmu. Memang yang adzan dimasjid itu aku. Dan aku menginap dimasjid juga. 

“Menginap dimasjid  hanya dengan berpakaian semacam itu ? Menganapa tidak menginap dirumahku saja ? Kamu sudah gila ya ?”” 

“Jawabnya nanti kalau sudah sampai terminal Tuban.” Janji Romi.

“Oke. Kalau begitu ayo berangkat kesana ! Tapi kita mau memakai pakaian macam apa ?”

“Kita memakai kain sarung saja. Karena sejak kemarin aku belum ganti pakaian. Dan aku tidak membawa pakaian ganti sama sekali. Aku juga tidak membawa barang apapun selain yang menempel dibadan ini.”

“Aneh sekali kamu kali ini. Pergi bermalam tanpa membawa bekal apa – apa.  Pakaian gentipun tidak membawa. Sejak kemarin belum ganti pakaian ? Makanya bau apek, dan pesing. Tadi malam kehujanan ya ?”

“He he he … Betul, tadi malam aku kehujanan. Karena tidak membawa pakaian serep maka aku belum ganti sampai sekarang. ”

“Oke. Mau pinjam uang berapa ?”

“Pinjam 50 ribu sajalah.”

“Buat apa uang segitu ? Aku pikir 5 juta.”

“Tidak perlu banyak – banyak. Kebanyakan malah tidak pulang. Malah pergi ke Surabaya. Kerumah Hasan. Disana ada bidadari lho. Sudahlah ayo berangkat saja ! Tidak usah terlalu banyak seloroh lagi!”

“Hemmm …. Kamupun mengajak seloroh juga. Memangnya Hasan, kawan kita itu punya adik perempaunkah ?”
___________________________
Insyaalloh bersambung...

Cerber 37. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG



Sepeninggal Romi dari warungnya, Bu Hajjah Aminah menutup warungnya. Karena suasana sudah sepi. Ia segera pulang kerumah. Sampai dirumah ia bercerita kepada putrinya bahwa ada seorang pembeli yang aneh. Pemuda bertampang penjahat membeli nasi krengsengan. Pemuda itu tidak punya uang. Sehingga meninggalkan barang – barang miliknya sebagai jaminan. Begitu cerita Hajjah Aminah kepada putrinya.

Siska, putri Hajjah Aminah itu penasaran terhadap cerita mamanya itu. Ia ingin tahu barang – barang apa yang di tinggalkan oleh pemuda bertampang penjahat itu.

“Barang apa mama yang ditinggalkan pemuda penjahat itu ?” Tanya Siska kepada mamanya penasaran.

“Sebuah tas Sis.”

“Sebuah tas ? Awas mama kalau tas itu berisi bom waktu ! Rumah kita dan kita akan hancur mama.” Terang Siska.

“Bukan. Bukan bom. Sebuah tas yang didalamnya berisi barang – barang yang tidak berharga. Celana kotor, kaos kotor, sajadah usAng, Al – Qur’an lusuh dan entah apa lagi. Aku tidak tahu selebihnya.”

“Mana sekrang tas itu mama ?”

“Itu dikamar tamu. Ambil sendiri saja !”

Siska pergi kekamar tamu. Ia mengambil tas tersebut dan membawanya kedalam kamar tidurnya. Bagaikan detektif saja, Siska membuka semua kantong tas dan mengeluarkan semua isinya. Ia mengamati semua isi tas. Ia terkejut ketika menemukan sebuah foto seorang pemuda yang sangat tampan. Hanya ia menyayangkan pemuda itu memaki kain sarung, peci dan sorban.

Siska memasukkan kembali semua isi tas itu. Kecuali sebuah foto Romi yang bak seorang ustadz terkenal itu. Ia lantas menyelipkan foto itu didinding almari kaca. Sehingga foto itu tampak jelas dari luar. Setelah itu Siska mengembalikan tas itu kekamar tamu lagi. Lantas  ia tidur. Siska tidur pulas dikamarnya semalaman. 

Seperti biasa, setiap hari minggu Siska membantu mamanya jualan nasi di terminal Tuban. Pagi – pagi setelah sholat shubuh berjama’ah Siska dan mamanya pergi kewarungnya. Mereka membawa semua peralatan yang biasa untuk jualan. Mereka juga tidak lupa pula membawa tas Romi yang dititipkan. Tetapi Siska lupa tidak memasukkan lagi foto Romi itu kedalam tas tersbut. Sehingga foto itu tetap terpajang di almari didalam kamar Siska.

Sampai diwarungnya Siska kebagian membuka warung, menyapu, dan menata barang – barang dagangan yang malam harinya dikemasi. Sedang mamanya, Hajjah Aminah bagian menyiapkan dibelakang (didapur). Yaitu bagian meracik bumbu dan menu masakan.  
Setelah selesai semuanya Siska duduk didepan warung sambil membaca majalah kesukaannya. Majalah Gadis. ***

Saat itu dibelahan bumi yang lain, di Tambak Boyo Romi berjalan menuju rumah kawannya yang semalaman didatanginya. Ia berjalan pelan – pelan sambil mengusap – usap wajahnya yang bengkak – bengkak. Karena hari minggu banyak orang yang lalu lalang. Lari pagi menikmati udara segar. Laki -  perempuan, tua -  muda memenuhi jalan sejak pagi buta itu.

Romi mengamat – amati orang yang lari pagi itu. Siapa tahu ia akan  jumpa dijalan dengan kawannya. Mereka yang lari pagi itu juga mengamati wajah Romi yang jelek itu.  Wajah bengkak membiru akibat dihajar orang di terminal Bungurasih Surabaya kemarinnya. __________________________
Insyaalloh bersambung

SURAT 91. ASY SYAMS



Terjemahan Text Qur'an Ayat
Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا 1
dan bulan apabila mengiringinya, وَالْقَمَرِ إِذَا تَلاهَا 2
dan siang apabila menampakkannya, وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا 3
dan malam apabila menutupinya, وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا 4
dan langit serta pembinaannya, وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا 5
dan bumi serta penghamparannya, وَالأرْضِ وَمَا طَحَاهَا 6
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا 7
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا 8
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا 9
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا 10
(Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas, كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَاهَا 11
ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا 12
lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: ("Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya". فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا 13
Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah). فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا 14
dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu. وَلا يَخَافُ عُقْبَاهَا 15

Cerber 36. Kasih Tak Sampai. 4. Gelisah


Ketika melamun semacam itu Romi tidak merasakan dingin lagi. Ia tidak merasakan dinginnya pakaian basah. Dinginnya hembusan angin laut. Dan dinginnya malam. Rasa dingin itu tertutpi oleh rasa gelisah dan salah.

Lamunan Romi buyar ketika tiba – tiba ada suara sandal menuju masjid. Ia menoleh kearah suara sandal tersebut. Ia melihat sesosok orang tua berjubah dengan mulut komat – kamit menuju serambi masjid.
Romi segera berdiri dan mendekati orang tua itu. Setelah dekat ia mengucapkan salam. Lantas ia menjabat tangan dan mencium tangan orang tua tersebut.

“Assalamu’alaikum Pak Ustadz ! Sudah masuk waktu shubuh ya ?” Sapa Romi kepada orang tua itu.

“Wa’alaikum salam warohmah. Belum nak. Sebentar lagi.” Jawab orang tua berjubah itu.

“Kalau sudah masuk waktu shubuh biar aku saja Pak Ustadz yang mengumandangkan adzan.”

“Boleh – boleh. Tentu yang muda suara lebih merdu dan lebih lantang. Kalau lantang biar orang – orang terbangun dan mau mengikuti jama’ah sholat shubuh. Tapi anak dari mana dan mau kemana ?”

Romi bingung mau menjawabnya. Karena kalau menjawab dengan jujur takutnya timbul fitnah. Kalau menjawab dengan tidak jujur juga tidak enak. Maka ia menjawab dengan jawaban yang mengambang saja.

“Maaf Pak Ustadz ! Aku mau pulang ke Belik Anget, tapi kehujanan dan kemalaman. Jadinya ya menginap dimasjid ini saja.”

“Ooo … Belik Anget ?”

“Betul Pak Ustadz. Belik Anget.”

“Belik Anget sebelah mananya Pak Kyai Roziq ?”

“Dekatnya sana Pak Ustadz.” Jawab Romi agak gemetaran.

“Kamu punya nama siapa ?”

“Hemmm … Rom.” Jawab Romi sedikit ragu.

“Namamu Rom saja ? Pendek amat.”

“Nama panggilan pak ustadz.”

“Ouw …. Ya sudah. Itu sudah masuk waktu shubuh. Silahkan adzan ! Keraskan dan merdukan suaramu. Agar orang – orang suka mendengarkan dan mau datang kemasjid untu berjamaah sholat subuh !” Pinta pak tua berjubah putih itu.

Dengan hanya memakai celana dan baju yang masih setengah basah Romi mendekati mikropon. Ia mengatur nafas. Ia memilih lagu yang mendayu – dayu. Lagu seperti orang menangis. Lagu Hijazi. Sebuah lagu yang dalam seni baca Al – Qur’an biasa dibaca setelah melantunkan lagu Shoba. Dan dibaca sebelum lagu  Nahawan /Sika atau lagu Rosta ‘alan nawa.

Pagi shubuh itu orang – orang sekitar masjid dan para jama’ah sholat lima waktu terperanjat mendengarkan suara adzan. Karena suara muadzin shubuh itu berbeda dengan suara muadzin yang biasanya. Suara muadzin sehari – harinya tidak merdu dan tiada berlagu serta lemah. Suara orang tua dan tidak menarik sama sekali. Pagi shubuh itu pemanggil sholah jamaah bersuara keras, merdu dan menantang untuk datang ke masjid. Maka pagi itu jama’ah sholat shubuh lebih banyak dibanding dengan hari – hari sebelumnya. Mungkin mereka penasaran dengan mu’adzinnya.

Orang yang tidak kalah terkejutnya adalah orang tua berjubah yang datang paling duluan ke masjid pagi itu. Ia mengamati Romi. Muadzin yang hanya memakai celana dan baju itu. Muadzin yang tidak memakai peci.
Setelah selesai sholat para jama’ah tidak segera pulang. Mereka berbisik – bisik. Menanyakan mua’adzin yang suaranya merdu itu. Mereka menduga bahwa yang melantunkan adzan adalah pemuda yang tampan, memakai pakaian sholat lengkap dan alim. Tapi begitu tahu bahwa yang melantunkan adzan shubuh itu pemuda yang hanya memakai celana dan baju saja, mereka kecewa. Apalagi setelah tahu bahwa wajah muadzin tersebut bengkak dan kebiruan mereka takut dan ngeri. Maka segera bubar. Pulang ke rumah masing - masing.

Namun pagi itu tetap heboh. Mereka tidak henti – hentinya membicarakan mu’adzin yang yang bertampang penjahat. Mu’adzin yang bersuara merdu bertampang benjol – benjol layaknya penjahat yang baru dihajar masa saja. 

Romi malam itu harus puas tidur dengan duduk. Ia harus puas tidur berselimutkan dengan celana dan baju basah. Hanya ditemani dengan hembusan dingin angin laut. 

Gelap semakin pudar setelah menunaikan sholat shubuh. Para jama’ah pulang diantar dengan sapaan kokok – kokok ayam pagi. Di hibur dengan suara merdu ombak laut. Sinar mentari pagipun mengalahkan gelapnya malam.*** 
__________________________
Insyaalloh bersambung...!!!

SURAT 92. AL LAIL



Terjemahan Text Qur'an Ayat
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى 1
dan siang apabila terang benderang, وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى 2
dan penciptaan laki-laki dan perempuan, وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثَى 3
sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى 4
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى 5
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى 6
maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى 7
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى 8
serta mendustakan pahala yang terbaik, وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى 9
maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى 10
Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى 11
Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk, إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى 12
dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia. وَإِنَّ لَنَا لَلآخِرَةَ وَالأولَى 13
Maka Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى 14
Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, لا يَصْلاهَا إِلا الأشْقَى 15
yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى 16
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, وَسَيُجَنَّبُهَا الأتْقَى 17
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى 18
padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, وَمَا لأحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى 19
tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. إِلا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الأعْلَى 20
Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. وَلَسَوْفَ يَرْضَى 21