Siska mengambil kesimpulan itu dari tas jelek yang ditinggalkan
Romi dirumahnya. Tiga minggu yang lewat tas jelek Romi ditinggalkan di
rumahnya. Tas itu ditinggalkan dirumah Siska sebagai jaminan sepiring nasi
krengsengan yang dimakannya. Karena saat itu Romi tidak punya uang.
Malam itu Siska membuka – buka tas tersebut. Siska menjumpai dalam
tas itu sebuah buku harian, sebuah Al – Qur’an lusuh, selembar sajadah lusuh,
selembar kain sarung, sebuah peci / songkok, dan sebuah flashdisk. Siska juga
menjumpai selembar foto Romi yang foto itu masih diselipkan di almari kaca
kamarnya.
Siska membuka buku harian Romi. Beberapa catatan tentang berbagai
hal tertulis rapi dan bagus dalam buku tersebut. Dalam buku itu tertulis pula
nomor HP Romi.
Siska juga sempat membuka flashdisk milik Romi yang ada dalam tas
tersbut. Flashdisk itu berisi berbagai disiplin ilmu. Beberapa ratus hadits
dari berbagai bab dan dari berbagai imam perowi hadits sudah
diterjemahkan. Terjemahan itu sudah dikelompokkan dalam babnya masing – masing.
Beberapa konsep pidato dalam berbagai topik juga terdapat dalam flashdisk itu.
Siska juga menemukan beberapa film yang tersimpan dalam flashdish
tersebut. Diantaranya film berjudul Laskar
Pelangi, Ayat – ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan film Sang
Pemimpi.
Siska juga menjumpai beberapa kata – kata mutiara tiga bahasa. Kata
– kata mutiara Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.
Siska juga menjumpai beratus foto didalam flashdisk tersebut. Foto
– foto berbagai lomba, foto imtihan, foto muhibah dan sebagainya. Beratus foto
tersebut tidak terdapat satu fotopun yang bergandengan antara laki dan
perempuan.
Siska mengkopi semua isi flashdisk itu kedalam laptop accernya.
Sejak saat itu dihari – hari senggang Siska membuka file – file kopian
tersbut.
Dari sini simpati Siska terhadap Romi semakin hari semakin tumbuh
subur. Hanya Siska masih ragu tentang wajah Romi. Wajah Romi ketika Siska jumpa
siang hari tiga minggu yang lewat sama sekali tidak terdapat dalam file foto
yang disimpannya. Foto – foto yang ada dalam file tersebut semuanya tampan.
Satupun tidak terdapat wajah bengkak seperti yang pernah dilihatnya.
Maka ketika siang itu berjumpa Romi dengan wajah aslinya, maka ia
langsung jatuh cinta. Ia ingin bisa kenal lebih akrab.
Kalau Siska mengambil kesimpulan tentang kebaikan kelakuan Romi
dari tas dan isinya, maka Lia mengambil kesipmulan tentang kesholehan Romi dari
berbagai peristiwa yang langsung bersintuhan dengan dirinya.
Pertama. Kesopanan Romi ketika naik dan duduk disebelahnya. Sebelum
duduk Romi permisi atau minta ijin terlebih dahulu terhadap Lia. Kemudian Romi
mengambil duduk yang menjauhi sintuhan dengan dirinya. Dan Romi meletakkan atau
menyandarkan kepalanya didinding bis. Agar tidak sampai menyentuh bahu Lia.
Walaupun demikian Romi tetap tidak bisa mencegah paha Romi tetap bersintuhan
dengan pahanya. Karena bis sangat padat penumpang.
Kedua. Kesabaran Romi ketika kepalanya dibenturkan oleh Lia puluhan
kali. Karena Romi mengantuk, ketika bis bergoyong kepala Romi selalu terlempar
di bahu Lia. Maka setiap kali kepala Romi menyentuh bahunya Lia melemparkan
kembali kedinding bis. Maka kepala Romi membentur dinding bis dengan keras.
Tapi walaupun berkali – kali kepalanya dibenturkan oleh Lia kedinding bis Romi
tidak marah.
Ketiga. Berani mengalah dan minta maaf ketika salah. Romi minta
maaf kepada Lia ketika kepalanya dibenturkan ke dinding bis dengan keras.
Karena air liurnya yang busuk tumpah didada Lia. Romi juga tidak marah ketika
dicaci oleh Lia saat itu. Bahkan sebagai penebus rasa salahnya ia rela turun
dari bis di terminal Tuban walaupun cuaca hujan deras. Padahal Romi belum
sampai tujuannya, yaitu Tambak Boyo.
Keempat. Berani berkorban demi tujuan yang baik. Romi rela menghadiahkan
uang jumlah banyak demi membalas jasa Lia yang telah menemukan dompetnya yang
tertinggal di bis. Dan Romi mengganti selembar pakaian lama dengan satu stel
pakaian yang baru demi menebus setetes air liur busuknya yang menetes dibaju
Lia.
Dengan dasar itulah Lia menyimpulkan bahwa Romi adalah pemuda dan
santri yang baik. Maka Lia berkeputusan meninggalkan Robet, pacarnya dan ingin
hidup berdampingan dengan Romi dalam sebuah bahtera rumah tangga.
Setelah sholat dhuhur
berjama’ah di musholla, dzikir dan berdoa selesai Syukur keluar dari musholla.
Ia tidak langsung pergi menuju warung nasi krengsengan. Ia duduk sebentar di
teras musholla sambil menikmati pemandangan sekitar musholla.
Belum lagi bisa menikmati pemandangan indah disekitar musholla Lia,
bibinya sudah hadlir didepannya.
“Ayo cepat pulang saja ! Perasaanku tidak enak hari ini.” Pinta Lia
kepada Syukur.
“Sabar bibi ! Aku ingin duduk sebentar saja. Ingin melepaskan rasa
lelah badan dan pikiran keangkasa luas.” Jawab Syukur.
“Ayo ! Aku juga lelah duduk dan ngobrol disini berjam – jam. Aku
ingin segera sampai dirumah. sholat dhuhur dan istirahat.”
“Kenapa sih buru – buru ?”
“Tidak apa – apa. Aku ingin segera sholat dhuhur.” Lia memberi
alasan.
“Ya kan, menyesal. Tidak bisa sholat berjama’ah. Makanya lain kali
membawa peralatan sholat kalau bepergian. Oke kalau begitu. Tapi sebentar aku
ingin pamit dulu kepada mbak Siska.”
“Tidak usah pamit ! Tadi sudah aku pamitkan. Kelamaan nanti.” Cegah
Lia dengan nada yang mencurigakan.
“Sebentar saja.”
__________________________Insyaalloh bersambung
mana kelanjutannya ???
BalasHapusAku tunggu lho.....!!!