Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Maret 2012

Cerber 69. Kasih Tak Sampai.9. Cemburu


Siska mengambil kesimpulan itu dari tas jelek yang ditinggalkan Romi dirumahnya. Tiga minggu yang lewat tas jelek Romi ditinggalkan di rumahnya. Tas itu ditinggalkan dirumah Siska sebagai jaminan sepiring nasi krengsengan yang dimakannya. Karena saat itu Romi tidak punya uang.

Malam itu Siska membuka – buka tas tersebut. Siska menjumpai dalam tas itu sebuah buku harian, sebuah Al – Qur’an lusuh, selembar sajadah lusuh, selembar kain sarung, sebuah peci / songkok, dan sebuah flashdisk. Siska juga menjumpai selembar foto Romi yang foto itu masih diselipkan di almari kaca kamarnya.

Siska membuka buku harian Romi. Beberapa catatan tentang berbagai hal tertulis rapi dan bagus dalam buku tersebut. Dalam buku itu tertulis pula nomor HP Romi.

Siska juga sempat membuka flashdisk milik Romi yang ada dalam tas tersbut. Flashdisk itu berisi berbagai disiplin ilmu. Beberapa ratus hadits dari berbagai bab dan dari berbagai imam perowi hadits sudah diterjemahkan. Terjemahan itu sudah dikelompokkan dalam babnya masing – masing. Beberapa konsep pidato dalam berbagai topik juga terdapat dalam flashdisk itu.

Siska juga menemukan beberapa film yang tersimpan dalam flashdish tersebut. Diantaranya film berjudul Laskar  Pelangi, Ayat – ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan film Sang Pemimpi.

Siska juga menjumpai beberapa kata – kata mutiara tiga bahasa. Kata – kata mutiara Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.

Siska juga menjumpai beratus foto didalam flashdisk tersebut. Foto – foto berbagai lomba, foto imtihan, foto muhibah dan sebagainya. Beratus foto tersebut tidak terdapat satu fotopun yang bergandengan antara laki dan perempuan.

Siska mengkopi semua isi flashdisk itu kedalam laptop accernya. Sejak saat itu dihari – hari senggang Siska membuka file – file kopian tersbut. 

Dari sini simpati Siska terhadap Romi semakin hari semakin tumbuh subur. Hanya Siska masih ragu tentang wajah Romi. Wajah Romi ketika Siska jumpa siang hari tiga minggu yang lewat sama sekali tidak terdapat dalam file foto yang disimpannya. Foto – foto yang ada dalam file tersebut semuanya tampan. Satupun tidak terdapat wajah bengkak seperti yang pernah dilihatnya.

Maka ketika siang itu berjumpa Romi dengan wajah aslinya, maka ia langsung jatuh cinta. Ia ingin bisa kenal lebih akrab.

Kalau Siska mengambil kesimpulan tentang kebaikan kelakuan Romi dari tas dan isinya, maka Lia mengambil kesipmulan tentang kesholehan Romi dari berbagai peristiwa yang langsung bersintuhan dengan dirinya.

Pertama. Kesopanan Romi ketika naik dan duduk disebelahnya. Sebelum duduk Romi permisi atau minta ijin terlebih dahulu terhadap Lia. Kemudian Romi mengambil duduk yang menjauhi sintuhan dengan dirinya. Dan Romi meletakkan atau menyandarkan kepalanya didinding bis. Agar tidak sampai menyentuh bahu Lia. Walaupun demikian Romi tetap tidak bisa mencegah paha Romi tetap bersintuhan dengan pahanya. Karena bis sangat padat penumpang.

Kedua. Kesabaran Romi ketika kepalanya dibenturkan oleh Lia puluhan kali. Karena Romi mengantuk, ketika bis bergoyong kepala Romi selalu terlempar di bahu Lia. Maka setiap kali kepala Romi menyentuh bahunya Lia melemparkan kembali kedinding bis. Maka kepala Romi membentur dinding bis dengan keras. Tapi walaupun berkali – kali kepalanya dibenturkan oleh Lia kedinding bis Romi tidak marah.

Ketiga. Berani mengalah dan minta maaf ketika salah. Romi minta maaf kepada Lia ketika kepalanya dibenturkan ke dinding bis dengan keras. Karena air liurnya yang busuk tumpah didada Lia. Romi juga tidak marah ketika dicaci oleh Lia saat itu. Bahkan sebagai penebus rasa salahnya ia rela turun dari bis di terminal Tuban walaupun cuaca hujan deras. Padahal Romi belum sampai tujuannya, yaitu Tambak Boyo.

Keempat. Berani berkorban demi tujuan yang baik. Romi rela menghadiahkan uang jumlah banyak demi membalas jasa Lia yang telah menemukan dompetnya yang tertinggal di bis. Dan Romi mengganti selembar pakaian lama dengan satu stel pakaian yang baru demi menebus setetes air liur busuknya yang menetes dibaju Lia.

Dengan dasar itulah Lia menyimpulkan bahwa Romi adalah pemuda dan santri yang baik. Maka Lia berkeputusan meninggalkan Robet, pacarnya dan ingin hidup berdampingan dengan Romi dalam sebuah bahtera rumah tangga.

Setelah sholat  dhuhur berjama’ah di musholla, dzikir dan berdoa selesai Syukur keluar dari musholla. Ia tidak langsung pergi menuju warung nasi krengsengan. Ia duduk sebentar di teras musholla sambil menikmati pemandangan sekitar musholla.

Belum lagi bisa menikmati pemandangan indah disekitar musholla Lia, bibinya sudah hadlir didepannya.

“Ayo cepat pulang saja ! Perasaanku tidak enak hari ini.” Pinta Lia kepada Syukur.

“Sabar bibi ! Aku ingin duduk sebentar saja. Ingin melepaskan rasa lelah badan dan pikiran keangkasa luas.” Jawab Syukur.

“Ayo ! Aku juga lelah duduk dan ngobrol disini berjam – jam. Aku ingin segera sampai dirumah. sholat dhuhur dan istirahat.”

“Kenapa sih buru – buru ?”

“Tidak apa – apa. Aku ingin segera sholat dhuhur.” Lia memberi alasan.

“Ya kan, menyesal. Tidak bisa sholat berjama’ah. Makanya lain kali membawa peralatan sholat kalau bepergian. Oke kalau begitu. Tapi sebentar aku ingin pamit dulu kepada mbak Siska.”

“Tidak usah pamit ! Tadi sudah aku pamitkan. Kelamaan nanti.” Cegah Lia dengan nada yang mencurigakan.

“Sebentar saja.”
__________________________

Insyaalloh bersambung

1 komentar: