Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Maret 2012

Cerber 70. Kasih Tak Sampai.9. Cemburu


“Ya kan, menyesal. Tidak bisa sholat berjama’ah. Makanya lain kali membawa peralatan sholat kalau bepergian. Oke kalau begitu. Tapi sebentar aku ingin pamit dulu kepada mbak Siska.”

“Tidak usah pamit ! Tadi sudah aku pamitkan. Kelamaan nanti.” Cegah Lia dengan nada yang mencurigakan.

Cerber 69. Kasih Tak Sampai.9. Cemburu


Siska mengambil kesimpulan itu dari tas jelek yang ditinggalkan Romi dirumahnya. Tiga minggu yang lewat tas jelek Romi ditinggalkan di rumahnya. Tas itu ditinggalkan dirumah Siska sebagai jaminan sepiring nasi krengsengan yang dimakannya. Karena saat itu Romi tidak punya uang.

Cerber 68. Kasih Tak Sampai.9. Cemburu


Kalau Lia dan Siska memperebutkan Romi itu bukan tanpa alasan. Romi adalah pemuda yang sangat lugu, dan polos. Penampilannya sederhana, tenang, dan teguh pendirian. Ia rajin, jujur dan agamis. Sifatnya ramah dan tidak sombong. Ia adalah pemuda yang cukup cerdas dan pintar. Disini lain Romi berwajah lumayan tampan. Tapi ketampanannya tidak dihiasi dengan pakaian yang glamour. Walaupun tampan Romi tidak suka bermain wanita. Romi bukan termasuk play boy. Apa yang dikatakan oleh mulutnya begitu juga isi hatinya.  Kelebihan – kelebihan itu yang menjadi alasan mereka berdua tertarik kepada Romi.

Cerber 67. Kasih Tak Sampai.9. Cemburu


“Seharusnya akulah yang minta maaf. Karena gara – gara akulah kamu tidak bisa membantu mamamu. Sehingga mamamu berkata kurang terkendali.” Jawab Lia.

“Biasa, mamaku memang begitu wataknya.”

Cerber 66. Kasih Tak Sampai.9. Cemburu


Tapi Syukur tidak menjawabnya juga. Ia justru memalingkan wajahnya. Ia membuang pandangannya keluar warung. Sikap Syukur ini menunjukkan ketidak setujuannya dengan perintah bibinya itu.

“He he he … Kamu berbohong kepadaku kan ? Biasa kalau orang sedang tergila – gila kepada seseorang. apa saja dilakukan. Sekalipun harus berbohong. Itu buktinya keponakanmu tidak mau mengakatakan apa yang kamu minta.”