Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Maret 2012

Cerber 67. Kasih Tak Sampai.9. Cemburu


“Seharusnya akulah yang minta maaf. Karena gara – gara akulah kamu tidak bisa membantu mamamu. Sehingga mamamu berkata kurang terkendali.” Jawab Lia.

“Biasa, mamaku memang begitu wataknya.”

Mereka bertiga makan sambil ngobrol. Seakan apa yang baru saja diperdebatkan tentang Romi dan Rofiq sirna. Tidak terasa oleh mereka tiba – tiba nasi krengsengan dan ada dalam piring mereka habis. Ketika itu terdengarlah adzan untuk panggilan sholat dhuhur dari berbagai menara masjid. 

“Al – Hamdulillah sudah terdengar suara adzan untuk penggilan sholat dhuhur. Bagaimana bibi, ikut sholat dhuhur di musholla atau sholat dirumah nanti.” Tanya Syukur kepada bibinya.

“Sholat dirumah saja nanti. Satu jam perjalanan saja kita sudah sampai rumah kan?” Jawab Lia.

“Aku tidak biasa menunda sholat wajib bibi. Kalau begitu aku mau sholat jamaah di musholla sini saja.”

“Aku tidak membawa peralatan sholat.”

“Biasa bibi ini. Kalau bepergian bekalnya separoh – separoh.”

“Separoh – separoh bagaimana ? Bibi membawa bekal lengkap kan ? Bawa uang, tas, salinan dan sebagainya.”

“Apa yang bibi sebutkan itu bekal separoh namanya. Bekal untuk keduniaan saja. Bekal untuk jasmani saja. Tapi bibi tidak membawa bekal untuk rohani. Yaitu peralatan sholat, sajadah, dan mukena.”

“He he he …. Bekal yang kedua itu nanti saja kalau sudah jadi isterinya Ustadz Romi.” Jawab Lia mantap.

“Sudah aku mau sholat dulu di musholla. Takut ketinggalan jamaah sholat. Sayang tidak mendapatkan pahala dua puluh tujuh kali lipat.” 
 
Lia dan Siska masih tetap diwarung ketika Syukur menuanikan Sholat dhuhur. Mereka sama – sama ingin menggunakan kesempatan itu untuk mebicarakan tentang Romi. Tetapi masing – masing mereka saling mencemburui. Masing – masing mereka merasa punya kemampuan untuk saling mengalahkan untuk mendapatkan simpati Romi.

Siska merasa dirinya sanggup mendekati Romi. Karena tiga minggu yang lewat Romi memberikan uang kepadanya. Itu bukti bahwa Romi ada rasa kepada dirinya. Hanya sayang saat itu Siska tidak mau menerima pemberian uang dari Romi itu. Ia berpikir bahwa melalui celah ini ia yakin ada alasan untuk datang  kerumah Romi dan menyambung komunikasi.

Lia berkeyakinan bahwa Romi tentu menaruh hati kepadanya. Ia berpikir bahwa mustahil Romi memberikan uang sejumlah empat ratus ribu kepada dirinya kalau tidak ada rasa simpati kepada dirinya. Ia merasa sangat gampang untuk bisa menyambung komunikasi yang lebih akrab dengan Romi. Berbagai celah sudah terbuka lebar. Diantaranya : Pertama, Syukur, kemenakannya adalah murid Romi. Dari celah ini ia bisa berkomunikasi tanpa hambatan. Kedua : Ia bisa melalui celah ucapan terima kasih karena telah diberi hadiah uang. Ketiga : Romi pernah menumpahkan air liur didadanya. Tentu melalui celah ini ia bisa menjalin komunikasi yang lebih romantis dan sekaligus membuka memori yang indah.

Kalau Lia dan Siska memperebutkan Romi itu bukan tanpa alasan. Romi adalah pemuda yang sangat lugu, dan polos. Penampilannya sederhana, tenang, dan teguh pendirian. Ia rajin, jujur dan agamis. Sifatnya ramah dan tidak sombong. Ia adalah pemuda yang cukup cerdas dan pintar. Disini lain Romi berwajah lumayan tampan. Tapi ketampanannya tidak dihiasi dengan pakaian yang glamour. Walaupun tampan Romi tidak suka bermain wanita. Romi bukan termasuk play boy. Apa yang dikatakan oleh mulutnya begitu juga isi hatinya.  Kelebihan – kelebihan itu yang menjadi alasan mereka berdua tertarik kepada Romi.
________________

Insyalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar