Mendengar
uraian Romi itu Ustadz Zain tidak percaya begitu saja. Ia hanya percaya bahwa
santrinya yang cerdas itu mempunyai Ilmu Laduni. Ia tetap
beranggapan bahwa Romi pandai karena berkah doa abah dan uminya. Maka ia ingin
mengkorek lebih jauh lagi.
“Bolehkan
aku tahu dimana tempat yang biasa kamu jadikan untuk belajar ?”
“Mohon
maaf ustadz ! Demi ketenangan belajarku setiap malam aku tidak siap untuk
memberi tahukan tempat belajarku setiap malam itu.”
“Kalau
begitu aku tidak percaya terhadap apa yang kamu sampaikan itu. Aku masih punya
anggapan bahwa kamu pandai karena berkah doa abah dan ummimu.”
Romi
tidak menjawab sanggahan ustadz yang dihormatinya itu. Ia hanya menengok
kelangit yang maha luas. Ia memandang berjuta – juta bintang dialngit. Ia
seakan bertanya kepada bintang – bintang untuk menjawab sanggahan ustadznya
itu. Tetapi bintang – bintang itu hanya berkedap – kedip saja. Mereka tidak
memberikan apa – apa. Kecuali hanya memberikan berjuta kedip yang indah.
Namun
dari melihat bintang – bintang itu ia bisa mengambil suatu isyarat, bahwa
berjuta manusia tidak ada yang sama persis. Mesti ada saja perberbedaan antara
yang satu dengan lainnya. Berpuluh ustadz dipesantren tidak ada yang sama.
Masing – masing mereka mempunyai charisma sendiri.
“Betul
ustadz. Aku memang merasakan berkah doa dari abah dan ummiku. Tanpa ridlo
mereka tentu aku tidak akan betah belajar disini. Tanpa do’a mereka aku tidak
akan sanggup betah belajar setiap malam. Tanpa pertolongan Alloh aku juga tidak
akan sanggup beribadah mencari ilmu. Ilmu Laduni yang aku
dapatkan sebenarnya dari para asatidz. Salah seorang ustadz yang memberikan
Ilmu Laduni itu adalah Ustadz Zain.”
“Hah…
Apa ? Aku telah memberikan Ilmu Laduni kepadamu ?”
“Betul
ustadz. Engkau telah memberikannya kepadaku. Demikian juga ustadz – ustadz yang
lain telah pula memberikan ilmu itu kepadaku juga. Jadi Ilmu Laduni
yang aku punyai berasal dari beberapa ustadz. ”
“Apa
itu ?”
“Beberapa Ilmu Laduni itu diantaranya adalah :
1.
Ustadz
Zain pernah memberikan beberapa Ilmu Laduni. Salah satunya adalah من جد
وجد (man jadda wajada) barang siapa yang
sungguh – sungguh maka akan mendapatkannya. Itulah ustadz Ilmu Laduni
yang aku dapatkan dari ustadz.
2.
Dari
guru yang lain memberikan Ilmu Laduni berupa الاجر بقدرالتعب (al –ajru biqodrit ta’ab). Fahala itu diukur dengan kecapeannya.
Atau upah itu di berikan diukur dengan kelelahannya. Artinya barang siapa yeng
bekerja akan mendapatkan upah sesuai dengan tenaga yang ia keluarkan. Siapa
yang belajar tekun insyaalloh mesti mendapatkan ilmu. Siapa yang tidak mau
belajar tentu tidak akan mendapat ilmu.
3.
Dan
Ilmu Laduni yang aku peroleh dari Ustadz Roja’i guru bahsa Inggris adalah “If you work in earnest, you will be succed”. Jika
anda bekerja dengan kesungguhan, tentu anda aka berhasil. Maka
tidak akan mendapatkan ilmu kecuali hanya harus dengan belajar dan belajar dengan
giat dan disertai dengan do’a. Karena yang punya ilmu itu Alloh.”
4.
Guru
yang lain memberikan ilmu Laduni berupa where there is a will there is away. Dimana
ada kemauan disitu ada jalan. Barang siapa yang ada kemauan untuk bisa
disitu ada jalan untuk bisa itu, yaitu dengan belajar giat, dengan niat yang
baik serta berdo’a insyaalloh akan mendapatkan ilmu.” Terang Romi.
5.
Ustadz
yang lain lagi memberikan Ilmu Laduni kepadaku berupa “pemuda yang luar
biasa, adalah pemuda yang mengerjakan hal – hal yang tidak biasa – biasa saja”.
Barang siapa yang ingin menjadi luar biasa (hebat) tentu harus belajar lebih
giat dibanding dengan yang lainnya. Kalau belajarnya sama dengan kawan – kawan
yang lainnya maka hasilnya akan sama juga dengan kawan – kawannya itu. Tidak
ada kelebihan sama sekali. Pemuda yang hebat tentu tidak demikian. Pemuda yang
hebat diketika kawannya gurau ia akan merenung. Ketika kawannya tidur ia
belajar. Dikala kawannya bermimpi ia sholat malam. Ketika kawannya pesta pora
disiang hari ia puasa. Diketika libur kawannya pergi ketempat – tempat rekreasi
ia pergi ketempat para alim dan ulama untuk mereguk ilmu dari mereka.
Bukankah
begitu Ilmu Laduni ustadz ?”
“He
he he. Tampaknya kamu pandai pula bersilat lidah. Pandai pula berdalih. Pandai
pula menutupi kelebihanmu hal yang irrasional itu dengan hal – hal yang
rasional. Tetapi aku tetap tidak percaya sebelum aku tahu sendiri dengan mata
kepala sendiri dimana tempat belajarmu setiap malam.”
_____________________"7"
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar