Total Tayangan Halaman

Kamis, 01 Maret 2012

CERBER. 1.10. KASIH TAK SAMPAI 2. PIPI HANCUR BERKEPING - KEPING


“Kok buru – buru pulang. Padahal masih semalam.”

“Ada tugas di pesantren yang harus diselesaikannya.”

“Ok. Mari mas !”

“Mau kemana Tiar ?”

“Mau les bahasa Jepang.”

“Ok. Hati – hati ya !”

“Tashikani (tentu).”

Gadis cantik, Tiara itu menstart motornya langsung tancap gas. Ia melaju kearah barat dengan kencang.  Ia tidak menoleh kebelakang lagi.

Saat Hasan dan Tiara berbincang – bincang hati Romi sempat bergetar. Tampaknya ia mengagumi Tiara. Mengagumi kecantikannya. Mengagumi keramahannya. Mengagumi kesopannya. Mengagumi semangatnya. Semangat belajar Bahasa Jepang.

Romi sempat iri terhadap Tiara. Ia ingat perintah Al – Qur’an untuk saling kenal – mengenal seperti yang tertera dalam surat Al – Hujurot ayat 13 yang artinya Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Maka tidak mungkin bisa kenal – mengenal dengan baik kalau tidak memahami bahsanya. Jepang adalah Negara maju, maka sangat pas kalau belajar Bahasa Jelang. Begitu pikir Romi.

“Bagaimana ? Cantik kan dia ? Tertarikkah kamu ?”

“Luar biasa, sangat cantik. Setiap lelaki yang normal tentu tertarik ketika memandang kecantikan wajah Tiara. Karena wajah Tiara memang benar – benar cantik.  Tetapi apakah kecantikan wajah Tiara itu tembus sampai batin ? Bagiku kecantikan yang sebenarnya itu, bukan saja cantik wajahnya, lahirnya saja. Kecantikan yang aku harapkan adalah kecantikan lahir  yang menembus batin. Wajahnya cantik dan akhlaqnya mulia. Memang tidak gampang untuk mendapatkan mar’ah yang aku sebutkan itu. Tetapi bukannya tidak ada lagi. Walaupun jarang mesti masih ada. Kalau kita jalani hidup ini dengan jalan Alloh insyaalloh kita akan bisa mendapatkan mar’ah ajmal min tilkal mar’ah (gadis yang lebih cantik dari pada hanya sekedar gadis tadi).”

“Jujur sajalah ! Tidak usah berbelit ! Tentu kamu menyukainya bukan ? Asal tahu saja dia bernama Tiara. Dia sedang kuliah di fakultas hukum, semester 3.”

“Aku katakan jujur saja, bahwa aku mengaguminya. Tapi aku tidak ingin memilikinya.”
“Kenapa ?”

“Banyak hal. Tidak bisa aku uraikan. Takut menyinggung perasaanmu dan perasaannya juga jika suatu ketika ia mendengarkan apa yang aku sampaikan kepadamu.”

“Tidak usah begitu! Katakan saja ! Ini masih siang akhiy. Waktu masih cukup untuk sedikit ngobrol. Di terminal masih banyak bis jurusan ke Jakarta. Jangan khawatir kehabisan bis !”

“Bolehkan aku bertanya sedikit tentangnya? Tapi maaf sebelumnya kalau pertanyaanku tidak berkenan di hatimu  ! Karena ini menyangkut masalah idealisme masing – masing individu.”

“Tanya masalah apa ? Masalah dia ? Tentu boleh saja. Kenapa tidak boleh.”

“Dimana dia sekolah sebelum kuliah di fakultas hukum ? Dia mengaji dimana dan sampai tingkatan apa pengetahuan agama atau ngajinya ? Siapakah ayah dan ibunya ?”

“Hem… Aneh juga pertanyaanmu. Tapi okelah akan aku jawab. Sebelum kuliah ia bersekolah di SMA I Surabaya. Sekolah terfavorit bagi masyarakat Surabaya ini. Ia termasuk murid yang cerdas. Dulu ngaji TPQnya dimasjid sebelah sungai yang diasuh oleh sepupunya. Tapi ia tidak tamat. Kalau pengetahuan agamanya aku tidak bisa mengukur. Tampaknya ia rajin jamaah dengan keluarganya di musholla rumahnya. Ayahnya adalah seorang pengacara. Dan ibunya seorang bidan.”

“Maaf Hasan ! Jujur saja. Kalau benar semacam apa yang kamu sebutkan tentang pendidikan umum dan agamanya, aku bisa menebak. Gadis secantik dia tidak mungkin ia tidak punya pacar. Aku yakin sejak sekolah SMA ia mesti sudah mempunyai pacar. Bahkan mungkin tidak hanya satu.”
____________________
bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar