Total Tayangan Halaman

Jumat, 02 Maret 2012

CERBER. 1.13. KASIH TAK SAMPAI 2. PIPI HANCUR BERKEPING - KEPING


Tiara tiba – tiba mendekat kearah Romi. Setelah berada dihadapan Romi, ia memandang sepintas kearah wajah Romi. Kemudian mengulurkan tangnnya untuk memperkenalkan dirinya kepada Romi tanpa rasa canggung sedikitpun.

“Kenalkan Tiara !” Tiara mengenalkan diri kepada Romi.

Romi memandang wajah Tiara sekilas saja. Ia sangat canggung untuk menyambut uluran tangan Tiara. Ia takut dosa. Karena ia memegang syari’at Islam dengan kuat. Berjabat tangan dengan orang lain jenis bukan mahrom itu berdosa. Tetapi mempermalukan orang dihadapan orang lain juga dosa. Maka dengan niat menjaga agar Tiara tidak malu, iapun menyambut uluran tangan Tiara. Tapi tampak tangan Romi bergetar.

Begitu Romi mengulurkan tangannya Tiara langsung meraihnya dengan cepat. Ia menjabat tangan Romi dengan kuat. Ia menjabatnya bagaikan kawan akrab saja. Bahkan lebih pantas dikatakan Tiara menjabat tangan Romi bagaikan pacarnya saja. Ia menjabat tangan Romi erat – erat sambil meremas.

Romi terkejut dalam jabat tangan itu. Kenapa Tiara tidak ada rasa segan sedikitpun terhadap dirinya. Padahal ia baru saja kenal. Ketika itu wajah Romi pucat pasi. Dihatinya terjadi perasaan yang tidak karu – karuan. Rasa dosa, rasa takut sama Hasan, dan rasa malu kepada Alloh. Semua perasaan itu  menjadi satu.
Dalam jabat tangan itu Romi tidak menyebutkan namanya. Ia tidak memperkenalkan diri. Ia hanya mengexpresikan rasa takut  diwajahnya. Keluar keringat dingin. Ia malu dan malu. Karena ia tidak pernah mengalami hal semacam itu.

Menyaksikan adegan jabat tangan itu Hasan cemburu. Hatinya gemuruh. Mulutnya ingin berteriak melerai. Tapi ia malu. Karena Romi adalah kawan akrabnya di pesantren. Ia tahu bahwa Romi sebenarnya tidak menghendaki hal itu terjadi. Ia baru sadar bahwa apa yang baru saja dikatakan Romi benar bahwa wanita yang tidak memahami Islam maka ia akan berbuat sesuka hatinya.

Hasan juga tidak bisa berbuat apa – apa terhadap Tiara. Walaupun ia selama ini sangat mencintai Tiara, tetapi antara dirinya dan Tiara belum ada ikatan apa – apa.

“Ma’af Hasan ! Aku berangkat sekarang saja. Waktu merambat terus. Takut ketinggalan bis Indonesia jurusan Jakarta. Ma’af Tiara aku pulang sekarang juga!” Pinta Romi kepada Hasan dan Tiara.

“Kenapa buru – buru Mas Romi ? Pulang besok saja ! Nanti malam ada show akbar di Surabaya ini. Mumpung disini kita bisa malming (malam mingguan) bertiga nanti malam.” Cegah Tiara.

“Em … Ma’af mbak ! Aku takut terlambat. Ketinggalan bis Indonesia jurusan Jakarta.”

“He he he… Memangnya rumahnya Jakarta ?” Tanya Tiara.

“Rumahku Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban. Tapi biasanya aku naik PO Indonesia. Bis itu tidak berhenti di terminal Tuban. Kalau bis – bis yang lain berhenti di terminal Tuban. Dengan naik bis Indonesia jurusan Jakarta cepat samapi di rumah.”

“Mau naik apa ke terminal Bungurasih ?”

“Itu, dari timur ada taxi. Aku akan naik taxi saja biar cepat.”

“Kita ngobrol sebentar lagi Mas Romi. Aku ingin kenal dengan mas Romi. Lain kali aku bisa main – main kerumah Mas Romi. Nanti ke terminal aku antar saja.  Lebih cepat dari pada taxi.” Tiara menawarkan diri.

“Tidak usah repot mengantar segala. Tidak usha kerumahku. Rumahku dikampung. Jalannya jelek. Berlumpur kalau musim penghujan semacam ini. Dan berdebu kalau musim kemarau. Aku takut sama abah dan ummiku. Terima kasih atas tawarannya. Tapi biarlah aku naik taxi saja. Sopir taxi juga butuh pemasukan. Aku tidak ingin merepotkan Mbak Tiara.” Jawab Romi sambil mengulurkan tangannya kearah tangan Hasan.

Setelah itu Romi memberhentikan taxi yang melaju dari arah timur. Sesaat kemudian taxi berhenti. Setelah pintu taxi terbuka Romi segera masuk ke taxi dan mengucapkan salam.

Pintu taxi di tutup oleh Romi pelan – pelan sambil melambaikan tangan tanda perpisahan. Kemudian taxi mulai berjalan menuju kebarat.

“Sebentar …! Tunggu dulu…!” Teriak Tiara.
______________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar