Total Tayangan Halaman

Kamis, 01 Maret 2012

CERBER. 1.11. KASIH TAK SAMPAI 2. PIPI HANCUR BERKEPING - KEPING


“Bolehkan aku bertanya sedikit tentangnya? Tapi maaf sebelumnya kalau pertanyaanku tidak berkenan di hatimu  ! Karena ini menyangkut masalah idealisme masing – masing individu.”

“Tanya masalah apa ? Masalah dia ? Tentu boleh saja. Kenapa tidak boleh.”

“Dimana dia sekolah sebelum kuliah di fakultas hukum ? Dia mengaji dimana dan sampai tingkatan apa pengetahuan agama atau ngajinya ? Siapakah ayah dan ibunya ?”

“Hem… Aneh juga pertanyaanmu. Tapi okelah akan aku jawab. Sebelum kuliah ia bersekolah di SMA I Surabaya. Sekolah terfavorit bagi masyarakat Surabaya ini. Ia termasuk murid yang cerdas. Dulu ngaji TPQnya dimasjid sebelah sungai yang diasuh oleh sepupunya. Tapi ia tidak tamat. Kalau pengetahuan agamanya aku tidak bisa mengukur. Tampaknya ia rajin jamaah dengan keluarganya di musholla rumahnya. Ayahnya adalah seorang pengacara. Dan ibunya seorang bidan.”

“Maaf Hasan ! Jujur saja. Kalau benar semacam apa yang kamu sebutkan tentang pendidikan umum dan agamanya, aku bisa menebak. Gadis secantik dia tidak mungkin ia tidak punya pacar. Aku yakin sejak sekolah SMA ia mesti sudah mempunyai pacar. Bahkan mungkin tidak hanya satu.”

“Lha yalah. Tentu ia punya pacar. Bahkan ketika masih sekolah SMA dulu, ia menjadi rebutan teman – teman sekolahnya. Pemuda di kampung sinipun banyak yang ingin mendapatkan kasih sayangnya. Tetapi entah kenapa, sampai sekarang tampaknya ia belum menentukan pilihan. Aku tahu pemuda yang datang kerumahnya berganti - ganti saja. Itu menunjukkan bahwa pemuda yang menyukainya sangat banyak. Itu bukti bahwa pacarnya tidak hanya satu. Mungkin ia masih menunggu kedatangan sesorang. Seseorang tadi mungkin santri dari daerah Tuban.”

“Siapa pemuda tersebut ?” Tanya Romi heran.

“Dia adalah… Romi….He he he …”

“Hem jangan ngaco kamu ya ! Ingat Hasan ! Gadis seperti Tiara yang keadaannya seperti yang kamu sebutkan mungkin akhlaqnya tidak semulus wajahnya. Mungkin akhlakhnya sudah tercemar. Maka aku tidak tertarik sedikitpun. Abahku akan murka kepadaku kalau aku mengharapkannya. Lagi pula Tiara tidak akan sudi melihat diriku yang hanya santri kampungan ini.”

“Apa maksudmu ?” Tanya Hasan sedikit marah dan terkejut.

“Dari reaksimu terhadap pernyataanku itu, aku tahu bahwa kamulah yang sebenarnya sangat ingin bisa meraih Tiara. Tidak usahlah kamu melemparkan kepadaku. Asal tahu saja, kalau seandainya pipi Tiara berupa agar - agar atau pisang goreng, maka pipinya itu sudah lumat dan berkeping – keping. He he he …”

“Apa maksudmu ?”

“Tadi kamu bercerita bahwa sejak SMA Tiara sudah menjadi rebutan kawan – kawannya. Sekarangpun banyak pemuda yang datang kerumahnya. Mereka ingin mendapatkan kasih sayang Tiara. Kita tahu bahwa pemuda yang berani datang kerumahnya tentu pemuda yang sudah akrab benar dengannya. Pemuda yang berani datang kerumahnya kemungkinan pemuda yang sudah ada hubungan kepentingan diluar kepentingan yang wajar. Pemuda yang sudah akrab itu maaf ya,  kemungkinan besar hidung dan pipi mereka telah pernah berperang dengan hidung dan pipi Tiara. Pernah saling serang – menyerang, saling tembak - menembak, dan saling membombardir antara hidung dan pipi mereka. Padahal mereka bukan suaminya, bukan juga ayahnya, atau mereka bukan mahromya kan? Itu tentu dosa Hasan. He he he … Maaf ya ! Aku hanya canda tapi beneran lho. Jangan tersinggung !” Jawab Romi sambil tersenyum.
___________________

Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar