Total Tayangan Halaman

Sabtu, 10 Maret 2012

Cerber 42. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG


“Hemmm … Kamu sudah tahu pemuda tampan Sis ? Kamu malah ceramah. Sudah … sudah. Sekarang bukan waktunya ceramah. Sekarang ambilkan saja tiga bungkus roti itu untuk mama ! Dan ambilkan juga tas kresek hitam itu digantungan itu !”

“Untuk apa mama ? Mama mau sarapan dengan tiga bungkus roti itu ? Sebungkus saja mama tidak akan habis. Beratus sisir mama isinya.”

“Tidak usah banyak tanya ini sudah siang Sis !”

Siska mengambilkan tiga bungkus roti dan tas kresek yang diminta mamanya. Kemudian menyerahkan kepada mamanya. Setelah itu Siska kembali duduk diluar. Sesekali ia melirik Romi yang penyot dan Rofiq yang tampan. 

“Ini nak tasnya ! Mohon maaf nak kalau semalam tasnya aku suruh meninggalkan disini. Aku hanya takut terhadap orang – orang  yang tidak bertanggung jawab. Dulu sering terjadi semacam itu nak. Berlagak tidak punya uang mereka minta diberi pinjaman. Katanya mau kembali besuknya untuk membayar hutang makannya. Tahunya sampai sekarang tidak pernah kembali lagi.” Hajjah Aminah menyerahkan tas Romi dan memberikan tiga bungkus roti juga.

“Ooo …. Begitu. Tidak apa bu. Kalau tasku tidak menginap disini aku tidak akan kembali kesini. Seharusnya akulah yang minta maaf. Karena berani makan nasi diwarung tanpa membawa uang sepeserpun.” Romi menimpali.

Sebelum pergi Romi mengamati tas kresek hitam. Ia membuka tas kresek hitam itu. Melihat apa yang ada didalamnya. Beberapa saat kemudian ia tahu bahwa isi tas kresek hitam itu adalah tiga buah roti.

“Hemmm … Terima kasih oleh – olehnya. Nanti bisa untuk adik – adik kami dirumah. Sebagai tanda terima kasihku maka ijinkan aku sedikir memberikan tali asih kepada putri ibu. Untuk sekedar  beli jajan besuk pagi disekolahnya.” Romi menimpali Hajjah Aminah.

Romi merogoh sakunya. Ia mengambil uang dari sakunya. Lantas memberikan uang itu kepada Siska.
“Maaf mbak ! Ini sedikit uang untuk rasa terima kasihku atas dirawatnya tas jelekku disini. Ambil saja bisa hanya sekedar untuk jajan disekolah besuk pagi.” Kata Romi kepada Siska.

“Berikan saja uang itu kepada mamaku. Beliau yang merawat tas itu, bukan aku. Maka yang berhak menerimanya adalah mamaku.” Tolak Siska dengan mencibir.

Siska tidak mau menerima uang pemberian Romi itu. Ia tidak simpati terhadap Romi yang wajahnya bengkak – bengkak itu. Hatinya bergumam “Hemmm … mengapa kamu memberikan uang kepadaku ? Apa kamu suka sama aku ? Walaupun kamu suka aku dan memberi uang kepadaku aku tidak akan suka kepadamu. Kenapa bukan pemuda yang tampan itu yang memberikan uang kepadaku ? Kalau pemuda yang satu itu tanpa memeberikan uang sepeserpun aku suka juga.”
 
Romi sangat malu terhadap penolakan Siska itu. Mukanya yang bengkak dan jelek bagaikan dikupas saja. Rasa hatinya pedih. Ia salah tingkah. Tetapi ia memaklumi terhadap penolakan Siska itu. Ia merasa salah. Karena belum kenal sama sekali berani memberikan uang kepadanya. Dan perbuatan dirinya memberikan uang uang itu memang kurang pas, kurang layak. Karena tindakan memberikan uang itu bisa diartikan negative.  Baik oleh Siska maupun orang lain. Dan bisa menimbulkan fitnah. Begitu pikir Romi.

“Oh, maaf kalau begitu ! Aku salah alamat. Terima kasih atas sarannya mbak.” Kata Romi kepada Siska.
Siska tidak merespon kata – kata Romi itu. Bahkan ia membuang mukanya. Kemudian ia berdiri dan masuk kedalam dapur. Tampak sekali Siska menghindari Romi. 

“Maafkan nak putriku, Siska ! Sifatnya memang semacam itu ! Siska lagi ada masalah. Jadi mudah tersinggung.”

“Tidak apa – apa. Aku memaklumi. Akulah yang harus minta maaf kepada Siska. Karena aku sudah bertindak terlalu ceroboh. Kalau begitu ini uangnya untuk tiga bungkus roti yang aku bawa ini. Oke kalau begitu kami pamit duluan.”  Romi menyerahkan uangnya kepada Hajjah Aminah.
_______________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar