Total Tayangan Halaman

Senin, 05 Maret 2012

CERBER. 1.23. KASIH TAK SAMPAI 3. Gadis Angker Sang Penodong

Sebelum menjawab Tiara memandang kearah Romi yang duduk di pojok. Saat itu pandangan Tiara bertemu dengan pandangan Romi. Hati Tiara semakin berdesir.
“Tas ini miliknya. Ketika dia mau mengejar bis tas ini masih aku pegang. Jadi dia terjatuh. Saat terjatuh itu orang – orang yang ada disekitar kami salah paham. Mereka menganggap bahwa lelaki itu pencopet. Maka mereka mengejarnya. Saat itu aku tidak bisa berbuat apa – apa.” Jawab Tiara.

Kemudian polisi itu menoleh kearah Romi dan bertanya bertanya.

“Apakah tas itu milikmu ?”Tanya polisi kepada Romi.

“Betul pak polisi. Tas jelek itu milikku.” Jawab Romi.

Polisi itu kembali menanya Tiara.

“Siapakah dia ? Apakah dia suamimu ?” Tanya polisi kepada Tiara.

Tiara tidak menjawab dengan suara. Ia hanya menganggukkan kepalanya. Anggukan tanda setuju. Anggukan tanda jawaban “ya”.

“Tolong sebutkan siapa nama, alamat dan pekerjaanmu ! Dan sebutkan juga apa saja yang ada didalam tas itu ?” Tanya polisi kepada Romi.

“Namaku Romi. Aku hanyalah seorang pelajar dan santri di sebuah pesantren di Sarang, Rembang. Alamatku desa Belik Anget Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban. Yang ada dalam tas itu diantaranya adalah sebuah Al – Qur’an kecil yang sudah jelek. Selembar sajadah berwarna hijau meneduhkan. Selembar kain sarung warna putih untuk sholat. Sebuah peci hitam, dan sebuah putih. Sebuah celana berwarna hitam yang juga jelek. Sebuah kaos pink pudar yang jelek juga. Sebuah buku harian. Dan sebuah falashdisk kapasitas 4 giga.” Jawab Romi.

Pak polisi mencatat semua apa yang disebutkan oleh Romi di buku harian kantor pos polisi unit terminal Bungurasih. Selesai mencatat pak polisi meminta KTP Romi untuk mencocokkan apa yang disebutkan oleh Romi. Beberapa saat pak polisi memeriksa KTP itu. Ternyata apa yang disebutkan oleh Romi cocok dengan apa yang tertulis di KTP.

Selanjutnya pak polisi meminta tas usang milik Romi yang dibawa oleh Tiara. Pak polisi mencocokkan isi tas usang itu dengan apa yang disebutkan oleh Romi. Pa polisi membuka tas tersebut. Ia mengeluarkan semua isinya. Ternyata benar apa yang disebutkan oleh Romi. Isi tas tersebut persis seperti apa yang disebutkan oleh Romi. Sebuah Al – Qur’an kecil yang sudah jelek. Selembar sajadah berwarna hijau meneduhkan. Selembar kain sarung warna putih untuk sholat. Sebuah peci hitam, dan sebuah putih. Sebuah celana berwarna hitam yang juga jelek. Sebuah kaos pink pudar yang jelek juga. Sebuah buku harian. Dan sebuah flashdisk kapasitas 4 giga.
Para pengejar Romi bengong melihat isi tas usang itu. Mereka malu terhadap Romi. Karena sudah bertindak kasar dan brutal terhadapnya. Mereka menyesal telah berbuat tidak senonoh terhadap orang yang tidak bersalah. Apalagi ternyata yang mereka hajar adalah seorang santri. Maka salah seorang dari mereka meminta maaf kepada Romi atas kecerobohan mereka. Begitu mengetahui bahwa orang yang dikejarnya bukan pencopet para pengejarnya itu segera bubar. Mereka malu telah memperlakukan orang baik – baik bak penjahat saja. Tidak lama kemudian orang – orang yang ada di depan pos polisi tidak ada lagi.

Sejak kedatangan Tiara didepan pos polisi itu Rami selalu memperhatikan tingkah Tiara. Ia tahu ketika Tiara mengeluarkan air mata. Ia juga tahu ketika polisi bertanya kepada Tiara apakah dia suamimu  dan Tiara menjawab “Ya”. Ia tahu bahwa begitu tulusnya Tiara menaruh rasa pada dirinya. Maka dihati Romi ada sebuah benih getaran yang menjalar keseluruh tubuhnya. Getaran yang indah. Mungkin itu sebuah getaran yang lazim dialami anak – anak muda seusianya. Getaran yang berupa Virus Merah Jambu.

Tiara terbelalak ketika melihat isi tas usang itu. Ia tidak pernah menyangka kalau seorang pemuda gagah dan tampan pergi ke Surabaya hanya berbekal Kitab Suci. Kitab pegangan hidup. Ia tersipu malu telah merayu Romi. Ternyata dirinya oleh Romi diukur dengan Al – Qur’an. Maka ia merasa kecantikannya tidak ada apa – apanya disbanding dengan kecantikan Al-Qur’an. Ia berjanji dalam hati suatu saat harus bisa lebih dekat dan lebih dekat lagi dengan Romi. Kalau bisa hidup dibawah satu atap dalam sebuah rumah tangga. Ia berjanji dalam hati ingin segara merubah gaya hidupnya yang glamour menuju gaya hidup yang sesuai dengan gaya hidup Romi. Hidup sederhana dalam penampilan. Kokoh dalam mempertahankan pendapat. Tenang dalam menghadapi semua masalah. Bersikap manis terhadap siapapun. Sehingga bisa menarik simpati kawan bicaranya. Hidup sesuai dengan tuntunan – tuntunan dari Sang Pencipta.

Hujan masih lebat. Tetes – tetes air dari langit tampak indah. Menghiasi keindahan hati Romi dan dan hati Tiara. ***
_________________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar