Kebiasaan
Tiara setiap malam minggu mesti membuat acara diluar rumah. Macam – macam
acara yang diadakan. Pergi kerumah kawan
untuk sekedar menghilangkan rasa suntuk dan berdiskusi. Pergi ketempat – tempat
hiburan dengan pacar. Pergi berkendara hanya sekedar mencari suasana baru.
Pergi ketempat – tempat pusat perbelanjaan untuk shopping.
Malam
minggu itu Tiara tidak pergi kemana – mana. Ia hanya didalam kamar saja. Ia
sedang gelisah sejak bertemu dengan santri yang bernama Romi. Pikirannya
melayang jauh ke tempat seseorang, Romi yang ada di daerah kabupaten Tuban.
“Hello
sayang ! Jam berapa nanti aku jemput ?” Tanya seorang lelaki melalui tilpun
seluler.
“Malas
mas. Malam ini aku lagi tidak enak badan mas.” Jawab Tiara singkat terhadap
Jaka, pacarnya.
“Sakit
apa sayang ?”
“Tadi
sore aku kehujanan jadinya badan panas dingin.”
“Oouu….
Sudah diobatin apa belum say ?”
“Sudahlah
mas, tidak usah tanya – tanya lagi. Pikiranku lagi tidak bisa fokus !”
“Bagaimana
acara nonton bareng, jadi apa tidak ?”
“Hemmm….
Apakah mas Jaka menghendaki aku jatuh sakit ? Aku sudah bilang jangan ganggu
aku lagi ! Aku lagi tidak fokus mas. Aku lagi tidak mood mas. Aku lagi ingin
istirahat.”
“Sayang
banget. Aku sudah mempersipan segala sesuatunya agak special malam ini. Karena
malam ini kan malam minggu menjelang akhir tahun. Terus aku harus pergi dengan
siapa sayang ?”
“Terserah
mas sajalah ! Mau pergi dengan siapa aku tidak urus.” Jawab Tiara bernada
marah.
Malam
ini Jaka merasakan ada sesuatu yang lain dengan Tiara. Sebelumnya Tiara tidak
pernah berkata sekeras dan secuek itu terhadap dirinya. Ia timbul tanda tanya
dihatinya. Tiba – tiba pikiran Jaka timbul su’udhon terhadap Tiara. Ia ingin
membuktikan prasangka buruknya itu terhadap Tiara.
“Bagaimana
kalau aku pergi sama Vivi sebagai penggantimu ?”
“Embuh
aku tidak urus.” Jawab Tiara sambil mematikan HPnya.
Mendengarkan
Jaka mau pergi dengan Vivi, darah Tiara naik. Ia marah campur cemburu terhadap
Jaka. Karena Vivi adalah gadis cantik bekas pacar Jaka. Bahkan Tiara masih
ingat ketika ia merebut Jaka dari Vivi. Sehingga sampai beberapa bulan Tiara
tidak saling sapa dengan Vivi yang teman akrab satu jurusan dan pada semester
yang sama. Hanya untungnya Vivi merasa kalah dan segera mencari pengganti Jaka.
Setelah Vivi mendapatkan pengganti Jaka, ia berusaha menjalin hubungan yang
baik lagi dengan Tiara.
Tiara
melemparkan badannya disofa. Ia tengkurap dan menangis. Ia bimbang. Hatinya
bergemuruh. Saat itu hatinya terbelah menjadi dua. Separoh hatinya masih
menyimpan Jaka yang berkehidupan glamour. Separoh lagi terisi oleh Romi. Pemuda
sederhana, santri yang tenang menghadapi berbagai hal, kokoh dalam pendirian,
dan tidak mudah terjatuh dan terjebak dalam rayuan wanita.
Tiara
membayangkan sifat – sifat positif Jaka. Membayangkan ketampanannya.
Membayangkan kalimat – kalimat rayuannya yang sangat manis. Membayangkan
kesetiannya. Membayangkan kecerdasannya. Membayangkan semangatnya yang tinggi.
Membayangkan kepanadaiannya menebar semangat ketika dirinya lemah.
Tiara
juga membayangkan sifat – sifat negative Jaka. Membayangkan mudahnya Jaka
terbuai oleh rayuan kata – kata manis wanita. Membayangkan kesukaannya berjudi.
Membayangkan kesukaannya minuman keras. Membayangkan sukanya menipu orang
tuanya. Tiara juga membayangkan kemungkinan dirinya telah di tipunya.
Membayangkan pula suka memanas – manasi seperti yang baru saja dikatakan “bahwa
Jaka akan pergi dengan Vivi.”
___________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar