Total Tayangan Halaman

Sabtu, 10 Maret 2012

Cerber 36. Kasih Tak Sampai. 4. Gelisah


Ketika melamun semacam itu Romi tidak merasakan dingin lagi. Ia tidak merasakan dinginnya pakaian basah. Dinginnya hembusan angin laut. Dan dinginnya malam. Rasa dingin itu tertutpi oleh rasa gelisah dan salah.

Lamunan Romi buyar ketika tiba – tiba ada suara sandal menuju masjid. Ia menoleh kearah suara sandal tersebut. Ia melihat sesosok orang tua berjubah dengan mulut komat – kamit menuju serambi masjid.
Romi segera berdiri dan mendekati orang tua itu. Setelah dekat ia mengucapkan salam. Lantas ia menjabat tangan dan mencium tangan orang tua tersebut.

“Assalamu’alaikum Pak Ustadz ! Sudah masuk waktu shubuh ya ?” Sapa Romi kepada orang tua itu.

“Wa’alaikum salam warohmah. Belum nak. Sebentar lagi.” Jawab orang tua berjubah itu.

“Kalau sudah masuk waktu shubuh biar aku saja Pak Ustadz yang mengumandangkan adzan.”

“Boleh – boleh. Tentu yang muda suara lebih merdu dan lebih lantang. Kalau lantang biar orang – orang terbangun dan mau mengikuti jama’ah sholat shubuh. Tapi anak dari mana dan mau kemana ?”

Romi bingung mau menjawabnya. Karena kalau menjawab dengan jujur takutnya timbul fitnah. Kalau menjawab dengan tidak jujur juga tidak enak. Maka ia menjawab dengan jawaban yang mengambang saja.

“Maaf Pak Ustadz ! Aku mau pulang ke Belik Anget, tapi kehujanan dan kemalaman. Jadinya ya menginap dimasjid ini saja.”

“Ooo … Belik Anget ?”

“Betul Pak Ustadz. Belik Anget.”

“Belik Anget sebelah mananya Pak Kyai Roziq ?”

“Dekatnya sana Pak Ustadz.” Jawab Romi agak gemetaran.

“Kamu punya nama siapa ?”

“Hemmm … Rom.” Jawab Romi sedikit ragu.

“Namamu Rom saja ? Pendek amat.”

“Nama panggilan pak ustadz.”

“Ouw …. Ya sudah. Itu sudah masuk waktu shubuh. Silahkan adzan ! Keraskan dan merdukan suaramu. Agar orang – orang suka mendengarkan dan mau datang kemasjid untu berjamaah sholat subuh !” Pinta pak tua berjubah putih itu.

Dengan hanya memakai celana dan baju yang masih setengah basah Romi mendekati mikropon. Ia mengatur nafas. Ia memilih lagu yang mendayu – dayu. Lagu seperti orang menangis. Lagu Hijazi. Sebuah lagu yang dalam seni baca Al – Qur’an biasa dibaca setelah melantunkan lagu Shoba. Dan dibaca sebelum lagu  Nahawan /Sika atau lagu Rosta ‘alan nawa.

Pagi shubuh itu orang – orang sekitar masjid dan para jama’ah sholat lima waktu terperanjat mendengarkan suara adzan. Karena suara muadzin shubuh itu berbeda dengan suara muadzin yang biasanya. Suara muadzin sehari – harinya tidak merdu dan tiada berlagu serta lemah. Suara orang tua dan tidak menarik sama sekali. Pagi shubuh itu pemanggil sholah jamaah bersuara keras, merdu dan menantang untuk datang ke masjid. Maka pagi itu jama’ah sholat shubuh lebih banyak dibanding dengan hari – hari sebelumnya. Mungkin mereka penasaran dengan mu’adzinnya.

Orang yang tidak kalah terkejutnya adalah orang tua berjubah yang datang paling duluan ke masjid pagi itu. Ia mengamati Romi. Muadzin yang hanya memakai celana dan baju itu. Muadzin yang tidak memakai peci.
Setelah selesai sholat para jama’ah tidak segera pulang. Mereka berbisik – bisik. Menanyakan mua’adzin yang suaranya merdu itu. Mereka menduga bahwa yang melantunkan adzan adalah pemuda yang tampan, memakai pakaian sholat lengkap dan alim. Tapi begitu tahu bahwa yang melantunkan adzan shubuh itu pemuda yang hanya memakai celana dan baju saja, mereka kecewa. Apalagi setelah tahu bahwa wajah muadzin tersebut bengkak dan kebiruan mereka takut dan ngeri. Maka segera bubar. Pulang ke rumah masing - masing.

Namun pagi itu tetap heboh. Mereka tidak henti – hentinya membicarakan mu’adzin yang yang bertampang penjahat. Mu’adzin yang bersuara merdu bertampang benjol – benjol layaknya penjahat yang baru dihajar masa saja. 

Romi malam itu harus puas tidur dengan duduk. Ia harus puas tidur berselimutkan dengan celana dan baju basah. Hanya ditemani dengan hembusan dingin angin laut. 

Gelap semakin pudar setelah menunaikan sholat shubuh. Para jama’ah pulang diantar dengan sapaan kokok – kokok ayam pagi. Di hibur dengan suara merdu ombak laut. Sinar mentari pagipun mengalahkan gelapnya malam.*** 
__________________________
Insyaalloh bersambung...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar