Ketika
melamun semacam itu Romi tidak merasakan dingin lagi. Ia tidak merasakan
dinginnya pakaian basah. Dinginnya hembusan angin laut. Dan dinginnya malam. Rasa
dingin itu tertutpi oleh rasa gelisah dan salah.
Lamunan
Romi buyar ketika tiba – tiba ada suara sandal menuju masjid. Ia menoleh kearah
suara sandal tersebut. Ia melihat sesosok orang tua berjubah dengan mulut komat
– kamit menuju serambi masjid.
Romi
segera berdiri dan mendekati orang tua itu. Setelah dekat ia mengucapkan salam.
Lantas ia menjabat tangan dan mencium tangan orang tua tersebut.
“Assalamu’alaikum
Pak Ustadz ! Sudah masuk waktu shubuh ya ?” Sapa Romi kepada orang tua itu.
“Wa’alaikum
salam warohmah. Belum nak. Sebentar lagi.” Jawab orang tua berjubah itu.
“Kalau
sudah masuk waktu shubuh biar aku saja Pak Ustadz yang mengumandangkan adzan.”
“Boleh
– boleh. Tentu yang muda suara lebih merdu dan lebih lantang. Kalau lantang
biar orang – orang terbangun dan mau mengikuti jama’ah sholat shubuh. Tapi anak
dari mana dan mau kemana ?”
Romi
bingung mau menjawabnya. Karena kalau menjawab dengan jujur takutnya timbul
fitnah. Kalau menjawab dengan tidak jujur juga tidak enak. Maka ia menjawab
dengan jawaban yang mengambang saja.
“Maaf
Pak Ustadz ! Aku mau pulang ke Belik Anget, tapi kehujanan dan kemalaman.
Jadinya ya menginap dimasjid ini saja.”
“Ooo
… Belik Anget ?”
“Betul
Pak Ustadz. Belik Anget.”
“Belik
Anget sebelah mananya Pak Kyai Roziq ?”
“Dekatnya
sana Pak Ustadz.” Jawab Romi agak gemetaran.
“Kamu
punya nama siapa ?”
“Hemmm
… Rom.” Jawab Romi sedikit ragu.
“Namamu
Rom saja ? Pendek amat.”
“Nama
panggilan pak ustadz.”
“Ouw
…. Ya sudah. Itu sudah masuk waktu shubuh. Silahkan adzan ! Keraskan dan
merdukan suaramu. Agar orang – orang suka mendengarkan dan mau datang kemasjid
untu berjamaah sholat subuh !” Pinta pak tua berjubah putih itu.
Dengan
hanya memakai celana dan baju yang masih setengah basah Romi mendekati
mikropon. Ia mengatur nafas. Ia memilih lagu yang mendayu – dayu. Lagu seperti
orang menangis. Lagu Hijazi. Sebuah lagu yang dalam seni baca Al
– Qur’an biasa dibaca setelah melantunkan lagu Shoba. Dan dibaca
sebelum lagu Nahawan /Sika atau
lagu Rosta ‘alan nawa.
Pagi
shubuh itu orang – orang sekitar masjid dan para jama’ah sholat lima waktu
terperanjat mendengarkan suara adzan. Karena suara muadzin shubuh itu berbeda
dengan suara muadzin yang biasanya. Suara muadzin sehari – harinya tidak merdu
dan tiada berlagu serta lemah. Suara orang tua dan tidak menarik sama sekali. Pagi
shubuh itu pemanggil sholah jamaah bersuara keras, merdu dan menantang untuk
datang ke masjid. Maka pagi itu jama’ah sholat shubuh lebih banyak dibanding
dengan hari – hari sebelumnya. Mungkin mereka penasaran dengan mu’adzinnya.
Orang
yang tidak kalah terkejutnya adalah orang tua berjubah yang datang paling
duluan ke masjid pagi itu. Ia mengamati Romi. Muadzin yang hanya memakai celana
dan baju itu. Muadzin yang tidak memakai peci.
Setelah
selesai sholat para jama’ah tidak segera pulang. Mereka berbisik – bisik.
Menanyakan mua’adzin yang suaranya merdu itu. Mereka menduga bahwa yang
melantunkan adzan adalah pemuda yang tampan, memakai pakaian sholat lengkap dan
alim. Tapi begitu tahu bahwa yang melantunkan adzan shubuh itu pemuda yang
hanya memakai celana dan baju saja, mereka kecewa. Apalagi setelah tahu bahwa
wajah muadzin tersebut bengkak dan kebiruan mereka takut dan ngeri. Maka segera
bubar. Pulang ke rumah masing - masing.
Namun
pagi itu tetap heboh. Mereka tidak henti – hentinya membicarakan mu’adzin yang
yang bertampang penjahat. Mu’adzin yang bersuara merdu bertampang benjol –
benjol layaknya penjahat yang baru dihajar masa saja.
Romi
malam itu harus puas tidur dengan duduk. Ia harus puas tidur berselimutkan
dengan celana dan baju basah. Hanya ditemani dengan hembusan dingin angin laut.
Gelap
semakin pudar setelah menunaikan sholat shubuh. Para jama’ah pulang diantar
dengan sapaan kokok – kokok ayam pagi. Di hibur dengan suara merdu ombak laut.
Sinar mentari pagipun mengalahkan gelapnya malam.***
__________________________
Insyaalloh bersambung...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar