“Tidak
apa – apa. Aku memaklumi. Akulah yang harus minta maaf kepada Siska. Karena aku
sudah bertindak terlalu ceroboh. Kalau begitu ini uangnya untuk tiga bungkus
roti yang aku bawa ini. Oke kalau begitu kami pamit duluan.” Romi menyerahkan uangnya kepada Hajjah
Aminah.
“Tidak.
Tidak nak. Aku tidak mau menerima uang itu. Roti itu memang sengaja aku berikan
sebagai oleh – oleh untuk adik – adikmu yang ada dirumah. Aku bersyukur bisa
berkenalan denganmu nak. Ternyata kamu adalah orang yang tulus dan baik. Tidak
seprti orang – orang yang aku jumpai sebelumnya. Sekarang akupun tahu bahwa
kamu bukan pemuda seperti pemuda – pemuda sebayamu. Dengan kamu kembali kesini
untuk membayar hutang dan dandanan semacam itu naluriku mengatakan bahwa kamu
bukan sembarang pemuda.” Puji Hajjah Aminah.
“Ah
jangan terlalu menyanjung ! Jangan terlena dengan hanya sekedar dandanan ! Semua
orang bisa memakai pakaian yang macam apa saja. Tapi yang perlu diingat Alloh
tidak melihat wajah seseorang, tidak melihat suara seseorang, tidak melihat
pakaian, tetapi Alloh melihat hati
seseorang. Walaupun aku mempunyai pakaian semacam ini jangan lantas ibu
menganggapku pemuda yang alim. Bisa juga aku pemuda yang sebaliknya.” Sanggah
Romi.
“Kamu
boleh bilang semacam itu nak. Tapi hatiku mengatakan bahwa kamu adalah pemuda
yang baik. Kamu santri disebuah pesantren terkenal di Sarang kan ? Biasanya santri
itu lain dibanding dengan santri.”
“Sudahlah
bu, uang ini aku tinggal disini. Uang ini aku sedekahkan saja. Kalau ibu tidak
mau menerima silahkan diberikan kepada siapa saja. Boleh juga diberikan kepada
pengemis. Sekarang juga aku pamit bu. Wassalamu’alaikum.”
“Sebentar…
Sebentar ! Mana alamatmu nak ? Suatu ketika aku ingin berkunjung kerumahmu
nak.” Pinta Hajjah Aminah.
“Insyaalloh
besuk – besuk aku masih kesini lagi bu. Aku sering pergi ke Tuban kok. Maaf aku
tergesa – gesa !”
“Ya
sudah. Hati – hati ya ?”
Rofiq
segera menstart mobilnya. Kemudian ia memacu mobilnya kearah barat. Arah
Kecamatan Tambak Boyo.
“Romi
! Gadis tadi cantik ya ? Tapi sayang ia sangat sombong. Ketika kamu memberikan
uang kepadanya ia mencibirmu. Ia membuang pandangannya. Kemudian ia pergi
menghindarimu. Bagaimana perasaanmu ?” Tanya Rofiq kepada Romi.
“Betul
cantik. Menurutku ia tidak sombong. Hanya karena ia punya masalah maka ia mudah
tersinggung. Insyaalloh lain kali aku akan pergi kesana lagi. Karena penjual
nasi itu terlalu baik sifatnya. Tapi aku lebih suka bicara yang lain saja. Aku
tidak mau mencari – cari sifat negetifnya. Aku takut dosa. Sekarang ini yang
aku pikirkan bagaimana aku segera sampai dirumah dan istirahat. Karena aku
kurang tidur selama tiga hari ini.” Jawab
Romi.
“Oke…
oke. Kalau kesana lagi aku mau mengawalmu.”
“Mengawal
apa ?”
“Tampaknya
kamu tertarik sama putri penjual nasi krengsengan itu kan ?”
“Hemmm
…. Aku rasa kamulah yang tertarik kepadanya. Kalau aku biasa saja. Benci tidak,
suka[un juga tidak. Aku biasa saja.”
“Jangan
pura – pura Romi. Buktinya kamu akan kembali kesana lagi. Kamu ingin bisa
memandang wajahnya yang cantik kan ? Berarti kamu suka kepadanya. Awas ya !
Kalau kamu tidak suka bagaimana kalau aku yang suka kepadanya ?”
______________________
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar