Total Tayangan Halaman

Sabtu, 10 Maret 2012

Cerber 43. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG


“Tidak apa – apa. Aku memaklumi. Akulah yang harus minta maaf kepada Siska. Karena aku sudah bertindak terlalu ceroboh. Kalau begitu ini uangnya untuk tiga bungkus roti yang aku bawa ini. Oke kalau begitu kami pamit duluan.”  Romi menyerahkan uangnya kepada Hajjah Aminah.

“Tidak. Tidak nak. Aku tidak mau menerima uang itu. Roti itu memang sengaja aku berikan sebagai oleh – oleh untuk adik – adikmu yang ada dirumah. Aku bersyukur bisa berkenalan denganmu nak. Ternyata kamu adalah orang yang tulus dan baik. Tidak seprti orang – orang yang aku jumpai sebelumnya. Sekarang akupun tahu bahwa kamu bukan pemuda seperti pemuda – pemuda sebayamu. Dengan kamu kembali kesini untuk membayar hutang dan dandanan semacam itu naluriku mengatakan bahwa kamu bukan sembarang pemuda.” Puji Hajjah Aminah.

“Ah jangan terlalu menyanjung ! Jangan terlena dengan hanya sekedar dandanan ! Semua orang bisa memakai pakaian yang macam apa saja. Tapi yang perlu diingat Alloh tidak melihat wajah seseorang, tidak melihat suara seseorang, tidak melihat pakaian,  tetapi Alloh melihat hati seseorang. Walaupun aku mempunyai pakaian semacam ini jangan lantas ibu menganggapku pemuda yang alim. Bisa juga aku pemuda yang sebaliknya.” Sanggah Romi.

“Kamu boleh bilang semacam itu nak. Tapi hatiku mengatakan bahwa kamu adalah pemuda yang baik. Kamu santri disebuah pesantren terkenal di Sarang kan ? Biasanya santri itu lain dibanding dengan santri.”

“Sudahlah bu, uang ini aku tinggal disini. Uang ini aku sedekahkan saja. Kalau ibu tidak mau menerima silahkan diberikan kepada siapa saja. Boleh juga diberikan kepada pengemis. Sekarang juga aku pamit bu. Wassalamu’alaikum.” 

“Sebentar… Sebentar ! Mana alamatmu nak ? Suatu ketika aku ingin berkunjung kerumahmu nak.” Pinta Hajjah Aminah.

“Insyaalloh besuk – besuk aku masih kesini lagi bu. Aku sering pergi ke Tuban kok. Maaf aku tergesa – gesa !”

“Ya sudah. Hati – hati ya ?”

Rofiq segera menstart mobilnya. Kemudian ia memacu mobilnya kearah barat. Arah Kecamatan Tambak Boyo. 

“Romi ! Gadis tadi cantik ya ? Tapi sayang ia sangat sombong. Ketika kamu memberikan uang kepadanya ia mencibirmu. Ia membuang pandangannya. Kemudian ia pergi menghindarimu. Bagaimana perasaanmu ?” Tanya Rofiq kepada Romi.

“Betul cantik. Menurutku ia tidak sombong. Hanya karena ia punya masalah maka ia mudah tersinggung. Insyaalloh lain kali aku akan pergi kesana lagi. Karena penjual nasi itu terlalu baik sifatnya. Tapi aku lebih suka bicara yang lain saja. Aku tidak mau mencari – cari sifat negetifnya. Aku takut dosa. Sekarang ini yang aku pikirkan bagaimana aku segera sampai dirumah dan istirahat. Karena aku kurang tidur selama tiga hari ini.”   Jawab Romi.

“Oke… oke. Kalau kesana lagi aku mau mengawalmu.”

“Mengawal apa ?”

“Tampaknya kamu tertarik sama putri penjual nasi krengsengan itu kan ?”

“Hemmm …. Aku rasa kamulah yang tertarik kepadanya. Kalau aku biasa saja. Benci tidak, suka[un juga tidak. Aku biasa saja.”

“Jangan pura – pura Romi. Buktinya kamu akan kembali kesana lagi. Kamu ingin bisa memandang wajahnya yang cantik kan ? Berarti kamu suka kepadanya. Awas ya ! Kalau kamu tidak suka bagaimana kalau aku yang suka kepadanya ?”
______________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar