Total Tayangan Halaman

Selasa, 06 Maret 2012

CERBER. 1.26. KASIH TAK SAMPAI 3. Preman yang Baik hati


Hati Tiara berbunga – bunga ketika mendengarkan kalimat Romi yang menyanjungnya dengan kalimat “gadis secantik Tiara”. Ia ingin mendengarkan kalimat itu sekali lagi. Ia berfikir bahwa Romipun ternyata mengakui kecantikannya. Ia berharap kalimat Romi ini cerminan hatinya. Bukan saja mulutnya yang mengucapkan. Tetapi hatinya mengakui tentang kecantikan dirinya. Ia berharap suatu ketika Romi membutuhkan dan mencari dirinya.

“Tidak. Aku tidak merasa gengsiku jatuh. Aku sangat bangga. Karena ternyata tas ini lebih berharga dari semua apa yang aku punya. Ternyata dalam tas ini tersimpan Kitab Yang Agung. Yaitu Kitab Al – Qur’an. Justru aku bangga bisa membawakan tasmu. Aku bangga karena ada kesempatan membelai tas yang indah itu. Wajah tasnya jelek tetapi isinya sangat indah. Walaupun aku  belum sanggup membelai yang mempunyai tas itu. Aku berharap belaianku tehadap tas ini dirasakan pula oleh empunya tas. Aku berharap suatu ketika aku sanggup membelai yang mempunyai tas itu.” Rayu Tiara dalam kesempatan yang sangat sempit itu.

Romi menunduk. Ia malu. Karena Tiara masih juga merayu dihadapan pak polisi.

“Maaf Tiara ! Aku harus pulang sekarang juga. Assalamu’alaikum.” Pamit Romi kepada Tiara.

“Sebentar mas ! Aku minta nomor HP dan  minta alamatnya mas.” Pinta Tiara.

“Maaf aku tidak punya HP. Kalau alamat minta saja kepada mas Hasan yang rumahnya berhadapan dengan Tiara. Atau minta saja kepada pak polisi. Karena tadi alamatku sudah dicatat lengkap oleh pak polisi.” Jawab Romi.

Selesai mengucapkan kalimat itu Romi bergegas pergi menuju ke bis jurusan Jakarta. Seperti tidak mempedulikan Tiara lagi. Ia tidak mengulurkan tangan untuk jabat tangan dengan Tiara. Ia hanya melambaikan tangan tiga kali. Setelah itu ia mengejar bis jurusan Jakarta yang sudah mulai berjalan menuju kearah timur sambil menutupi wajahnya yang bengkak dan lecet - lecet. 

Saat itu Tiara hanya bisa memandangi langkah – langkah Romi. Segala langkah Romi diikuti dengan pandangan matanya tanpa kedip. Ia juga melambaikan tangannya tiada henti sampai bis berjalan dan tiada tampak lagi. Ketika bis tidak tampak lagi Tiara merasa hampa. Seakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Seakan hatinya ikut terbawa Romi. 

Beberapa saat Tiara masih berdiri  memandang kearah hilangnya bis. Ia masih mengharapkan bisa melihat bis yang ditumpangi Romi. Tapi harapannya hama. Ia baru sadar dari lamunan indah itu ketika ditegur oleh pak polisi yang sedang keluar untuk melihat suasana.

“Masih disini ? Menunggu siapa ?” Tegur pak polisi.

Teguran pak polisi itu membuat Tiara terkejut. Ia menoleh kearah pak polisi.

“Hemmm … Tidak… tidak pak polisi.” Jawab Tiara gugup.

“Dimana suamimu ?”

“Dia pulang duluan.”

“Ooo….  Kenapa tidak pulang bersama saja ?”

“Hemmm … Belum waktunya.”

“Belum waktunya ? Apa maksudnya ?”

Tiara tidak menjawabnya. Ia hanya bergegas meninggalkan tempat itu. Ia menuju tempat penitipan motor. Kemudian ia pulang dengan hati yang hampa. Sepanjang perjalanan ia hanya melamun tentang Romi. Beberapa kali ia hampir menabrak kendaraan yang ada didepannya. Dan sering pula berserempetan dengan kendaraan yang ada dikiri dan kanannya. Untung saja tidak jatuh.
__________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar