Romi
mengamat – amati orang yang lari pagi itu. Siapa tahu ia akan jumpa dijalan dengan kawannya. Mereka yang
lari pagi itu juga mengamati wajah Romi yang jelek itu. Wajah bengkak membiru akibat dihajar orang di
terminal Bungurasih Surabaya kemarinnya.
Tidak
berselang lama Romi mengatahui kawan yang dicarinya itu diantara orang banyak
yang lari pagi. Ia menerobos mereka dan mendekat kearah kawannya tersebut.
“Assalamu’alaikum.
Selamat pagi Fiq ! Mau kemana pagi – pagi buta semacam ini lari - lari.” Teriak
Romi kepada kawannya Rofiq yang sedang lari pagi.
Pemuda
yang disapa Romi itu berhenti lari. Ia mengamat – amati pemuda berwajah bengkak
dan berwarna biru itu. Ia menerka – nerka pemuda yang memanggilnya. Sebelum
pemuda itu menemukan jawabannya Romi sudah mendekat dan menyapanya kembali.
“Hai
lupa sama aku ya ? Kenalkan Si Romi kawan di pesantren.” Sambung romi.
“Ouuw…
Kamu Romi santri misterius ? Kanapa wajahmu bengkak – bengkak seperti …. He he
he …” Jawab Rofiq.
“Seperti
apa ?”
“Seperti
apa ya. Ah tidak tidak jadi. Tidak seperti apa – apa….” Jawab Rofiq tidak jadi berseloroh.
“Ya
udah. Bisakah aku minta tolong pagi ini Fiq ?”
“Of
course. Minta tolong apa ?”
“Pinjami
aku uang dan sekarang juga antarkan aku pergi ke terminal Tuban”
“Tumben
amat. Sebentar ! Kenapa buru – buru ? Ini kan masih terlalu pagi untuk pergi
kesana. Ayo kita mencari penghangat perut lebih dulu. Masak mau pergi ke Tuban kamu
hanya berpakaian semacam itu ?”
“Ini
penting Fiq. Nanti siang aku mau membantu presentasi abah dirumah. Bahan –
bahannya masih ada di fashdisk. Sekarang flashdisknya masih ada disana. Akut takut
hilang. Ayo cepatlah !”
“Pagi
ini kamu tidak seperti biasanya. Biasanya kamu santai saja. Kenapa pagi ini
terkesan buru – buru. Di terminal ditempat siapa ? Oh ya, ngomong – ngomong
siapa yang tadi pagi yang adzan shubuh dimasjid? Suaranya merdu sekali. Mesti
yang adzan subuh tadi kamu. Aku menandai suaramu. Lagunya juga lagu yang biasa kamu pakai adzan
di pesantren. Memang kamu menginap dimana ?”
“Aku
sebenarnya tidak ingin cerita panjang lebar tentang apa yang kamu tanyakan. Aku
hanya ingin segera pergi ke terminal Tuban. Tetapi sedikit aku jawab
pertanyaanmu. Memang yang adzan dimasjid itu aku. Dan aku menginap dimasjid
juga.
“Menginap
dimasjid hanya dengan berpakaian semacam
itu ? Menganapa tidak menginap dirumahku saja ? Kamu sudah gila ya ?””
“Jawabnya
nanti kalau sudah sampai terminal Tuban.” Janji Romi.
“Oke.
Kalau begitu ayo berangkat kesana ! Tapi kita mau memakai pakaian macam apa ?”
“Kita
memakai kain sarung saja. Karena sejak kemarin aku belum ganti pakaian. Dan aku
tidak membawa pakaian ganti sama sekali. Aku juga tidak membawa barang apapun
selain yang menempel dibadan ini.”
“Aneh
sekali kamu kali ini. Pergi bermalam tanpa membawa bekal apa – apa. Pakaian gentipun tidak membawa. Sejak kemarin
belum ganti pakaian ? Makanya bau apek, dan pesing. Tadi malam kehujanan ya ?”
“He
he he … Betul, tadi malam aku kehujanan. Karena tidak membawa pakaian serep
maka aku belum ganti sampai sekarang. ”
“Oke.
Mau pinjam uang berapa ?”
“Pinjam
50 ribu sajalah.”
“Buat
apa uang segitu ? Aku pikir 5 juta.”
“Tidak
perlu banyak – banyak. Kebanyakan malah tidak pulang. Malah pergi ke Surabaya.
Kerumah Hasan. Disana ada bidadari lho. Sudahlah ayo berangkat saja ! Tidak
usah terlalu banyak seloroh lagi!”
“Hemmm
…. Kamupun mengajak seloroh juga. Memangnya Hasan, kawan kita itu punya adik
perempaunkah ?”
___________________________
Insyaalloh bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar