Total Tayangan Halaman

Sabtu, 10 Maret 2012

Cerber 38. Kasih Tak Sampai. 5. SALING MENOLAK MENERIMA UANG


Romi mengamat – amati orang yang lari pagi itu. Siapa tahu ia akan  jumpa dijalan dengan kawannya. Mereka yang lari pagi itu juga mengamati wajah Romi yang jelek itu.  Wajah bengkak membiru akibat dihajar orang di terminal Bungurasih Surabaya kemarinnya. 

Tidak berselang lama Romi mengatahui kawan yang dicarinya itu diantara orang banyak yang lari pagi. Ia menerobos mereka dan mendekat kearah kawannya tersebut.

“Assalamu’alaikum. Selamat pagi Fiq ! Mau kemana pagi – pagi buta semacam ini lari - lari.” Teriak Romi kepada kawannya Rofiq yang sedang lari pagi.

Pemuda yang disapa Romi itu berhenti lari. Ia mengamat – amati pemuda berwajah bengkak dan berwarna biru itu. Ia menerka – nerka pemuda yang memanggilnya. Sebelum pemuda itu menemukan jawabannya Romi sudah mendekat dan menyapanya kembali.

“Hai lupa sama aku ya ? Kenalkan Si Romi kawan di pesantren.” Sambung romi.

“Ouuw… Kamu Romi santri misterius ? Kanapa wajahmu bengkak – bengkak seperti …. He he he …” Jawab Rofiq.

“Seperti apa ?”

“Seperti apa ya. Ah tidak tidak jadi. Tidak seperti apa – apa….” Jawab Rofiq tidak jadi berseloroh.

“Ya udah. Bisakah aku minta tolong pagi ini Fiq ?”

“Of course. Minta tolong apa ?”

“Pinjami aku uang dan sekarang juga antarkan aku pergi ke terminal Tuban”

“Tumben amat. Sebentar ! Kenapa buru – buru ? Ini kan masih terlalu pagi untuk pergi kesana. Ayo kita mencari penghangat perut lebih dulu. Masak mau pergi ke Tuban kamu hanya berpakaian semacam itu ?”

“Ini penting Fiq. Nanti siang aku mau membantu presentasi abah dirumah. Bahan – bahannya masih ada di fashdisk. Sekarang flashdisknya masih ada disana. Akut takut hilang. Ayo cepatlah !”

“Pagi ini kamu tidak seperti biasanya. Biasanya kamu santai saja. Kenapa pagi ini terkesan buru – buru. Di terminal ditempat siapa ? Oh ya, ngomong – ngomong siapa yang tadi pagi yang adzan shubuh dimasjid? Suaranya merdu sekali. Mesti yang adzan subuh tadi kamu. Aku menandai suaramu.  Lagunya juga lagu yang biasa kamu pakai adzan di pesantren. Memang kamu menginap dimana ?”

“Aku sebenarnya tidak ingin cerita panjang lebar tentang apa yang kamu tanyakan. Aku hanya ingin segera pergi ke terminal Tuban. Tetapi sedikit aku jawab pertanyaanmu. Memang yang adzan dimasjid itu aku. Dan aku menginap dimasjid juga. 

“Menginap dimasjid  hanya dengan berpakaian semacam itu ? Menganapa tidak menginap dirumahku saja ? Kamu sudah gila ya ?”” 

“Jawabnya nanti kalau sudah sampai terminal Tuban.” Janji Romi.

“Oke. Kalau begitu ayo berangkat kesana ! Tapi kita mau memakai pakaian macam apa ?”

“Kita memakai kain sarung saja. Karena sejak kemarin aku belum ganti pakaian. Dan aku tidak membawa pakaian ganti sama sekali. Aku juga tidak membawa barang apapun selain yang menempel dibadan ini.”

“Aneh sekali kamu kali ini. Pergi bermalam tanpa membawa bekal apa – apa.  Pakaian gentipun tidak membawa. Sejak kemarin belum ganti pakaian ? Makanya bau apek, dan pesing. Tadi malam kehujanan ya ?”

“He he he … Betul, tadi malam aku kehujanan. Karena tidak membawa pakaian serep maka aku belum ganti sampai sekarang. ”

“Oke. Mau pinjam uang berapa ?”

“Pinjam 50 ribu sajalah.”

“Buat apa uang segitu ? Aku pikir 5 juta.”

“Tidak perlu banyak – banyak. Kebanyakan malah tidak pulang. Malah pergi ke Surabaya. Kerumah Hasan. Disana ada bidadari lho. Sudahlah ayo berangkat saja ! Tidak usah terlalu banyak seloroh lagi!”

“Hemmm …. Kamupun mengajak seloroh juga. Memangnya Hasan, kawan kita itu punya adik perempaunkah ?”
___________________________
Insyaalloh bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar