Total Tayangan Halaman

Jumat, 09 Maret 2012

CERBER.1. 30. KASIH TAK SAMPAI. 4. Preman yang Baik Hati


Tidak lama kemudian ada mobil yang lewat. Mobil itu mengklakson terus. Tetapi Romi malah menghadang ditengah jalan. Ia merentangkan tangan. Seakan menantang untuk ditabrak. Setelah dekat mobil berhenti pula. Sopirnya marah dan mengeluarkan kata – kata kotor.

“Bangsat ! Minggir bodoh ! Menyidam mati ya ?” Hardik sopir terhadap Romi.

“Apa katamu ? Sedikit sopan ya ? Kamu sopir kan ? Awas kalau tidak mau berhenti akan aku hadang kapan saja kamu lewat lagi. Berhenti ?” Bentak Romi kepada sopir itu.

“Hei bodoh sudah gila ya ? Cepat minggir ! Kalau tidak akan aku tabrak kamu.”

“Kamu tengok wajahku ! Kamu lihat apa tidak wajahku yang bengkak ini ? Aku tidak takut siapapun kamu. Aku sudah biasa berkelai. Kamu ingin selamat apa tidak ? Kalau kamu tidak mau berhenti barang sejenak akan aku panggilkan kawan – kawanku.” Gertak Romi dengan nada tinggi sambil mengeluarkan HP jadulnya yang sebenarnya tidak berfungsi lagi.

“Apa maksudmu menghadangku ?”

“Aku hanya ingin menumpang mobilmu sampai Tambak Boyo saja. Setelah itu aku turun disana dan kamu silahkan melanjutkan perjalanan. Setelah itu akau tidak akan menghalangimu lagi. Dan aku tidak akan meminta apa – apa. Aku hanya ingin menumpang saja. Selain itu tidak.”

“Okelah kalau begitu. Silahkan naik sekarang juga !” Sopir mempersilahkan Romi untuk menumpang di mobil pick upnya.

Setelah dipersilahkan Romi naik di bak belakang pick up itu. Ia kehujanan. Tetapi ia bersyukur mendapatkan tumpangan. Setelah menumpang dibelakang ia tertawa sendiri. Ia berlagak menjadi preman sebentar.
Sekitar satu jam kemudian mobil sampai Kecamatan Tambak Boyo. Mobil berhenti. Sopir mempersilahkan Romi untuk turun.

“Hei …. Sudah sampai Tambak Boyo. Cepat turun ! Atau kalau tidak turun aku bawa ke Bulu nanti.” Bentak sopir.

“Sebentar pak sopir. Aku mau mengucapkan terima kasih ini.”

“Mau mengucapkan terima kasih kepada siapa ?”

Romi turun dan menuju kearah sopir.

“Pak Sopir, terima kasih ya atas pertolonganmu. Aku tadi sebenarnya hanya menggertak saja. Karena aku sangat kedinginan. Aku tidak punya uang seperakpun. Karena dompetku terjatuh entah dimana. Karena itu aku tidak bisa pulang kalau tidak menghadang dengan paksa. Sudah puluhan mobil aku berhentikan tidak ada yang mau berhenti. Maka terpaksa aku menghadang mobilmu ditengah jalan. Lain kali kalau ada sempat silahkan datang kerumahku. Kalau pak sopir minta bayar akan aku bayar nanti kalu sudah sampai rumah. Kenalkan saja namaku Romi putra Kyai Roziq Desa Belik Anget.” Jelas Romi kepada sopir.

Sopir itu terkejut ketika Romi menyebutkan kalau dirinya adalah putra Kyai Roziq. Ia turun dari tempat duduknya. Ia pergi mendekati Romi sambil berkata.

“Maaf gus ! Silahkan naik lagi ! Akan aku antar sampai rumah gus. Kenalkan namaku Edy ! Aku salah seoarng anggota jamaah pengajian abahmu gus. Tapi kenapa wajahmu bengkak – bengkak.” Jelas sopir mobil itu.

“Tidak usah mas. Aku turun disini saja. Biarlah aku nanti mencari kawanku yang berdomisili disekitar  kantor kecamatan ini. Aku akan minta diantar olehnya besuk pagi saja. Ini sudah terlalu malam kalau pulang kerumah. Mau tidur diasrama juga tidak enak sama para santri mas. Sedangkan wajahku lebam – lebam ini karena dikeroyok orang banyak di terminal Bungurasih. Aku di anggap pencopet.”

“Ooo …. Jadi gus Romi di hajar diterminal ? Kalau begitu ini ada uang sedikit. Bawalah untuk makan malam dan sarapan besuk pagi.” Kata sopir.

“Maaf pak sopir ! Tidak usah. Aku masih punya simpanan kok. Matur nuwun saja pak sopir. Uang pak sopir buat jajan anak – anak pak sopir saja.” 

“Simpanan apa ? Simpanan lapar, lelah dan kedinginan kan ?” 

“Aku masih mempunyai simpanan. Simpanan hati nurani. Walaupun tadi aku berlagak jadi preman memaksa mobilmu untuk berhenti tapi aku tidak meminta apa – apa. Aku menghadang kamu hanya karena terpaksa. Aku melakukan itu hanya ingin segera sampai dirumah. Besuk pagi ingin bisa pergi ke Terminal Tuban, bisa membayar hutangku ke penjual nasi diterminal Tuban tadi.”

“Ooo… Gus Romi punya hutang di warung penjuang nasi terminal Tuban ? Biarlah besuk aku yang membayar hutang Gus Romi.” Pinta Mas Edy.

“Tidak usah. Aku sudah merasa berdosa dengan menghadang mobil kang Edy. Maka aku tidak ingin menambah kesusahan kang Edy. Apalagi menyusahkan dalam hal material.”
“He he he …. Dasar preman. Preman yang baik hati.” 

Romi tidak menimpali seloroh pak sopir. Ia nglenyor pergi setelah jabat tangan dengan sopir pick up tersebut. Ia menuju salah seorang kawannya yang ada disekitar kecamatan Tambak Boyo Kabupaten Tuban.

Sopir pick up itu memacu mobilnya lagi. Melaju kearah barat dengan kecepatan sedang menuju ke Desa Bulu.  

Malam semakin larut. Tetes – tetes air hujan masih juga jatuh kebumi. Angin laut berhembus pelan. Menebarkan hawa dingin, menjadi semakin dingin. Kota Kecamatan Tambak Boyo sepi dan semakin sepi.***
_______________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar