Total Tayangan Halaman

Minggu, 11 Maret 2012

Cerber 46. Kasih Tak Sampai. 6. Kata Maaf Yang Indah


 “Ceritanya begini. Beberapa bulan yang lewat Ustadz Toha kenal dengan gadis asli Mesir. Entah bagaimana ceritanya ia bisa kenal dengan gadis itu. Gadis itu cerita kepada Ustadz Toha bahwa ayahnya sakit tidak sembuh – sembuh. Padahal sudah diobatkan ke berbagai dokter dan ke pengobatan alternative. Tiba – tiba gadis itu meminta Ustadz Toha  untuk datang kerumahnya untuk menengok ayahnya. Kalau bisa untuk mengobati ayahnya yang sakit itu. Kita tahu bahwa Ustadz Toha ketika di Indonesiapun suka mengobat. Maka ketika itu ia mencoba datang kerumah gadis tersebut. Sampai dirumah gadis itu ia mencoba untuk mengobatinya. Setelah diobati dengan doa – doa besuk paginya ayah gadis tersebut sakitnya semakin ringan. Dan setiap kali Ustadz Toha datang mengobati sakit ayahnya berkurang. Maka Ustadz Toha diminta datang dan mengobatinya setiap tiga hari sekali. Setelah selama enam bulan diobatinya ayah gadis itu sembuh total.  Karena gembiranya maka keluarga gadis tersebut memberikan hadiah sebuah mobil. Tapi Ustadz Toha tidak mau diberi hadiah mobil. Lantas keluarga gadis itu memberikan hadiah uang senilai 75 juta. Saat awal Ustadz Toha mau mengobati ayah gadis tersebut ia meminta bantuanku. Bantuan doa pula dari sini. Kalau ia sembuh dan diberi hadiah oleh keluar si sakit Ustadz Toha berjanji akan memberi hadiah pula  kepadaku. Kemarin Ustadz Toha tilpun akan mengirimkan uang tujuh setengah juta untukku sebagai hadiah. Begitulah ceritanya.”

“Ooo…. Ceritanya bagus juga ya. Suatu ketika aku kepingin juga pergi ke Mesir dan belajar disana kalau bagitu. Siapa tahu bisa juga seperti Ustadz Toha.”

“Semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Kamupun ada kesempatan untuk berhasil seperti Ustadz Toha. Hanya bagaimana cara meraih dan menggunakan kesempatan yang ada.”
Syukur diam sebentar. Sudah lama ia ingin bisa berbincang – bincang dengan Ustadz Romi. Ia ingin menyampaikan tentang bibinya yang telah menemukan dompetnya. Yang didalam dompet itu ada KTP, kartu anggota OSIS, dan kartu santri milik ustadnya itu. Tiba – tiba ia ingin menggunakan kesempatan yang tepat. Ia tidak ingin melepaskan kesempatan yang benar – benar tepat itu. Sekaligus ia ingin jadi pahlawan bagi ustazdnya tersebut.

“Kenapa diam ?” Tanya Romi.

“Seumpama ada seseorang yang menemukan dompet ustadz, dan kemudian memberikan kepada ustadz apa yang akan ustadz lakukan ?” Tiba – tiba Syukur mneyeletuk.

“Aku akan memberikan hadiah kepadanya. Dan tentu aku akan menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam – dalamnya juga. Kalau mungkin orang tersebut akan aku jadikan saudaraku.” 

“Sekalipun orang tersebut pernah menyakiti ustadz ? Apakah ustadz akan tetap memperlakukan semacam itu ?”

Romi diam sejenak. Pertanyaan Syukur terasa lain. Getaran hatinya menemukan jawaban. Filingnya mengatakan bahwa Syukur mengetahui orang yang menemukan dompetnya.

“Hemmm …. Kenapa kamu bertanya beagitu ? Apakah kamu telah mengetahui orang yang menemukan dompetku ?”

Syukur tidak menjawab pertanyan ustadznya itu. Ia hanya menundukkan kepalanya. Jari telunjuknya menulis diatas lantai. Ia berat untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya telah diketahui.

“Kenapa diam saja ? Apakah kamu mengetahui orang yang menemukannya ?”

“Betul ustadz. Aku tahu orang yang telah menemukan dompet milik ustadz.” Jawab Syukur dengan suara terbata – bata.

“Siapapun orangnya yang menemukan dompetku aku akan memberikan hadiah kepadanya. Dan aku akan menganggapnya sebagai saudara. Walaupun orang tersebut pernah menyakitiku. Karena aku selama ini tidak pernah menganggap musuh terhadap siapapun.” Terang Romi.

“Apakah benar yang kamu katakan ? Kamu tidak sedang bermimpi Syukur ?” Tanya Romi berapi – api.
“Benar ustadz. Aku tidak sedang bermimpi.” Jawab Syukur.

“Kalau begitu tunjukkan kepadaku siapa orangnya yang telah menemukan dompet itu ! Aku besuk pagi akan mendatanginya dan akan memberikan hadiah yang layak baginya. Aku akan berterima kasih pula kepadanya.”

“Aku rasa tidak perlu ustadz bertemu langsung dengan orangnya.”

“Kalau aku tidak bisa bisa bertemu dengannya terus bagaimana aku bisa mengambil dompetku itu ? Bagaimana aku harus menyerahkan hadiah kepadanya ? Bagaimana pula aku harus berterima kasih kepadanya ?”

“Biar aku saja ustadz yang akan membereskan semuanya.”

“Jadi kamu tahu orang yang menemukan dompetku ?”

“Betul ustadz. Aku tahu dan kenal dengan orang itu.”

“Oouu ….  Kalau begitu kapan kamu akan mengambilkan dompetku itu darinya ?”

“Dompet ustadz dan isinya sekarang ada dikamar ini ustadz. Karena dompet itu sudah aku bawa sejak saat itu.”
__________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar