“Ceritanya begini. Beberapa bulan yang lewat
Ustadz Toha kenal dengan gadis asli Mesir. Entah bagaimana ceritanya ia bisa
kenal dengan gadis itu. Gadis itu cerita kepada Ustadz Toha bahwa ayahnya sakit
tidak sembuh – sembuh. Padahal sudah diobatkan ke berbagai dokter dan ke
pengobatan alternative. Tiba – tiba gadis itu meminta Ustadz Toha untuk datang kerumahnya untuk menengok
ayahnya. Kalau bisa untuk mengobati ayahnya yang sakit itu. Kita tahu bahwa
Ustadz Toha ketika di Indonesiapun suka mengobat. Maka ketika itu ia mencoba
datang kerumah gadis tersebut. Sampai dirumah gadis itu ia mencoba untuk mengobatinya.
Setelah diobati dengan doa – doa besuk paginya ayah gadis tersebut sakitnya
semakin ringan. Dan setiap kali Ustadz Toha datang mengobati sakit ayahnya
berkurang. Maka Ustadz Toha diminta datang dan mengobatinya setiap tiga hari
sekali. Setelah selama enam bulan diobatinya ayah gadis itu sembuh total. Karena gembiranya maka keluarga gadis
tersebut memberikan hadiah sebuah mobil. Tapi Ustadz Toha tidak mau diberi
hadiah mobil. Lantas keluarga gadis itu memberikan hadiah uang senilai 75 juta.
Saat awal Ustadz Toha mau mengobati ayah gadis tersebut ia meminta bantuanku.
Bantuan doa pula dari sini. Kalau ia sembuh dan diberi hadiah oleh keluar si
sakit Ustadz Toha berjanji akan memberi hadiah pula kepadaku. Kemarin Ustadz Toha tilpun akan
mengirimkan uang tujuh setengah juta untukku sebagai hadiah. Begitulah
ceritanya.”
“Ooo….
Ceritanya bagus juga ya. Suatu ketika aku kepingin juga pergi ke Mesir dan
belajar disana kalau bagitu. Siapa tahu bisa juga seperti Ustadz Toha.”
“Semua
orang mempunyai kesempatan yang sama. Kamupun ada kesempatan untuk berhasil
seperti Ustadz Toha. Hanya bagaimana cara meraih dan menggunakan kesempatan
yang ada.”
Syukur
diam sebentar. Sudah lama ia ingin bisa berbincang – bincang dengan Ustadz Romi.
Ia ingin menyampaikan tentang bibinya yang telah menemukan dompetnya. Yang
didalam dompet itu ada KTP, kartu anggota OSIS, dan kartu santri milik ustadnya
itu. Tiba – tiba ia ingin menggunakan kesempatan yang tepat. Ia tidak ingin
melepaskan kesempatan yang benar – benar tepat itu. Sekaligus ia ingin jadi
pahlawan bagi ustazdnya tersebut.
“Kenapa
diam ?” Tanya Romi.
“Seumpama
ada seseorang yang menemukan dompet ustadz, dan kemudian memberikan kepada
ustadz apa yang akan ustadz lakukan ?” Tiba – tiba Syukur mneyeletuk.
“Aku
akan memberikan hadiah kepadanya. Dan tentu aku akan menyampaikan rasa terima
kasih yang sedalam – dalamnya juga. Kalau mungkin orang tersebut akan aku
jadikan saudaraku.”
“Sekalipun
orang tersebut pernah menyakiti ustadz ? Apakah ustadz akan tetap memperlakukan
semacam itu ?”
Romi
diam sejenak. Pertanyaan Syukur terasa lain. Getaran hatinya menemukan jawaban.
Filingnya mengatakan bahwa Syukur mengetahui orang yang menemukan dompetnya.
“Hemmm
…. Kenapa kamu bertanya beagitu ? Apakah kamu telah mengetahui orang yang
menemukan dompetku ?”
Syukur
tidak menjawab pertanyan ustadznya itu. Ia hanya menundukkan kepalanya. Jari
telunjuknya menulis diatas lantai. Ia berat untuk mengungkapkan apa yang
sebenarnya telah diketahui.
“Kenapa
diam saja ? Apakah kamu mengetahui orang yang menemukannya ?”
“Betul
ustadz. Aku tahu orang yang telah menemukan dompet milik ustadz.” Jawab Syukur
dengan suara terbata – bata.
“Siapapun
orangnya yang menemukan dompetku aku akan memberikan hadiah kepadanya. Dan aku
akan menganggapnya sebagai saudara. Walaupun orang tersebut pernah menyakitiku.
Karena aku selama ini tidak pernah menganggap musuh terhadap siapapun.” Terang
Romi.
“Apakah
benar yang kamu katakan ? Kamu tidak sedang bermimpi Syukur ?” Tanya Romi
berapi – api.
“Benar
ustadz. Aku tidak sedang bermimpi.” Jawab Syukur.
“Kalau
begitu tunjukkan kepadaku siapa orangnya yang telah menemukan dompet itu ! Aku
besuk pagi akan mendatanginya dan akan memberikan hadiah yang layak baginya.
Aku akan berterima kasih pula kepadanya.”
“Aku
rasa tidak perlu ustadz bertemu langsung dengan orangnya.”
“Kalau
aku tidak bisa bisa bertemu dengannya terus bagaimana aku bisa mengambil
dompetku itu ? Bagaimana aku harus menyerahkan hadiah kepadanya ? Bagaimana
pula aku harus berterima kasih kepadanya ?”
“Biar
aku saja ustadz yang akan membereskan semuanya.”
“Jadi
kamu tahu orang yang menemukan dompetku ?”
“Betul
ustadz. Aku tahu dan kenal dengan orang itu.”
“Oouu
…. Kalau begitu kapan kamu akan
mengambilkan dompetku itu darinya ?”
“Dompet
ustadz dan isinya sekarang ada dikamar ini ustadz. Karena dompet itu sudah aku
bawa sejak saat itu.”
__________________
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar