Total Tayangan Halaman

Rabu, 14 Maret 2012

Cerber 50. Kasih Tak Sampai. 6. Kata Maaf Yang Indah


“Karena ustadz tidak mau diajak berbicara barang sebentar dengannya.” Jawab Syukur dengan suara terputus – putus.
“Kalau begitu biar akulah yang mendengarkan kemarahannya. Mana HPnya ?”
Syukur memberikan HP itu kepada ustadznya.
“Assalamu’alaikum. Bibi masih disana ?” Salam Romi kepada bibinya Syukur, Lia dengan suara halus.
“Siapa ini ?” Tanya Lia dengan nada tinggi.
“Maaf aku Romi ! Ini siapa, bibinya Syukur ya ?” Tanya Romi dengan suara halusnya.
“Romi siapa ?” Suara Lia masih tinggi.
“Romi pemuda yang pernah membuatmu jengkel didalam bis itu.”
“Oou …. Ustadznya Syukur yang sombong itu ya ?”
“Betul. Aku Romi, tapi bukan ustadznya Syukur. Aku hanya kawannya dipesantren. Ada apa marah – marah sama Syukur ?”
“Aku tidak marah – marah kepada Syukur. Aku marah kepadamu.”
“Kenapa marah mbak ?”
“Kamu sombong amat. Mau diajak berbicara sebentar saja tidak mau. Apakah kamu sudah terlalu sibuk. Apakah waktumu harus dihargai dengan uang ? Dasar pemuda sombong.”
“Maaf mbak ! Aku sebenarnya ingin berbicara dengan mbak. Tapi aku merasa sangat malu. Karena akhlaqmu sangat mulia. Ternyata mbak lebih baik dariku.”
“Hei pemuda jelek ! Tengah malam semacam ini tidak pantas pemuda merayu wanita.” Suara Lia bernada tinggi.
“Aku tidak merayumu. Asal tahu saja bahwa mbak telah aku permalukan didalam bis saat itu. Tapi mbak masih juga mau membawakan dompetku yang tertinggal di bis saat itu. Tanpa kepedulian mbak tentu dompetku sudah hilang. Maka aku akan repot. Saat ini aku sangat membutuhkan isi dompet itu, yaitu KTP. Dan karena itulah aku berterima kasih dan minta maaf kepada mbak melalui lesan Syukur. Terima kasih atas kebaikan mbak. Dan minta maaf karena aku telah menyakiti dan merepotkan mbak sepanjang perjalanan.”
“Bukan aku yang merawat dompetmu. Tapi orang lain. Dia adalah santri Pekalongan.”
“Aku tidak bisa bicara lebih panjang lagi dengan mbak. Karena ternyata yang tidak mau berbicara adalah  mbak sendiri. Bukan aku. Sekian mohon maaf ya ? Wassalamu’alaikum.” Romi menutup pembicaraannya dengan hati yang sangat sedih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar