Total Tayangan Halaman

Jumat, 16 Maret 2012

Cerber 56. Kasih Tak Sampai.Cerber 54. Kasih Tak Sampai.8. KEBENCIAN TERTUKAR DENGAN SIMPATI


“Uang dimeja kamar tamu ini milik siapa ?”

“Uang apaan mama ?”

“Uang benaran. Bukan uang apaan. Ini tengok uang sejumlah empat ratus ribu ditaruh dimeja. Punya kamu ya ? Dan ini foto siapa lagi ? Foto pacar kamu ya ? Gonta – ganti pacar saja kamu, memalukan orang tua. Kamu Jangan sembarang menaruh uang ! Kalau hilang nanti mama yang disalahkan.”

“Mama ini sukanya marah – marah saja. Jangan tergesa – gesa marah mama. Lia tidak ganti – ganti pacar mama. Pacar Lia sekarang ya hanya satu saja. Hanya mas Robet. Lia tidak punya pacar selain mas Robet. Kalau masalah uang Lia tidak tahu. O…. mungkin itu uang yang dibawa Syukur tadi.”

“Uang mendapat sebanyak itu dari mana Syukur ? Dan ini fotonya siapa ? Coba dipanggil sekarang juga !”

Lia mengamati foto yang disodorkan oleh mamanya itu. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Mengamati hidungnya yang mancung. Mengamati alisnya yang tebal. Mengamati bulu matanya yang besar – besar. Mengamati bibirnya yang bergelombang dan merah. Mengamati kumisnya yang tipis. Dan ketika mengamati mata foto itu ia merasa seperti berpandangan langsung dengan orangnya. Hatinya bergetar. Getaran itu menjalar keseluruh tubuhnya. Timbul rasa yang indah. Saat itu ia berguman dalam hati “Hemmm … tampan amat. Siapakah dia ? Dibanding dengan mas Robet masih lebih tampan foto ini.”

“Lia tahu kan, foto siapa ini ?” Tanya Mariyam, ibunya.

“Lia tidak tahu mama. Entah ini foto siapa.  Syukurlah yang tahu.”

“Kalau begitu panggil saja Syukur !” Perintah Hajjah Mariam terhadap putrinya.

“Ya mama. Akan Lia panggil Syukur sekarang juga.” Jawab Lia.

Lia penasaran terhadapa foto yang diakuinya lebih tampan dari Robet, pacarnya itu. Ia ingin segera mengetahui pemilik foto itu. Ia segera menstart motornya Yamaha Meo. Sebentar kemudian sampailah ia di rumah Salamah, kakak perempuannya. Ia memarkir motor di halaman.

“Syukur…! Tidur lagi ya ?” Panggil Lia dari halaman.

“Ada apa panggil – panggil Syukur dari halaman ? Masuk duluan !  Ia masih mandi. Tunggu sebentar !” Sahut Salamah, kakak perempuannya.

“Syukur dipanggil neneknya kakak. Ada yang mau dibicarakan. Penting banget. Tolong panggilkan kakak !” Pinta Lia.

“Ada apa sih terburu – buru ? Tidak seperti biasanya. Apa ayah atau ibu sakit ? Panggil sendiri saja kanapa !” Tanya Salamah mamanya Syukur.

“Tidak. Ibu dan ayah sehat – sehat saja kok. Mereka tidak sakit.” Jawab Lia.

“Jadi ada apa ?”

“Tidak ada apa – apa kakak. Lia hanya penting dengan Syukur. Ia tadi mengajak ke Tuban untuk belanja.”

“Kalau begitu tunggu saja. Sebentar lagi juga selesai.”

Lia menunggu Syukur yang sedang mandi diruang tamu rumah kakaknya. Ia tiada henti – henti memandangi poto lelaki yang baru saja ditemui ibunya di ruang tamu rumahnya. Jemarinya yang runcing mengelus – elus kertas foto itu. Telunjuknya meraba ke berbagai bagian wajah foto itu. Ia meraba mulai dari hidungnya, alisnya,bulu matanya, bibirnya, kumisnya, sampai kerambutnya yang pendek. Sesekali ia mencium kertas foto itu. Sesekali ia menempelkan didadanya. Angannya menerawang jauh keangkasa. Seakan badannya ikut terbang. Ia ingin menjemput pemuda aslinya. Ia sampai lupa kalau sebenarnya dirinya sedang menunggu kemenakannya yang sedang mandi.

Syukur sudah keluar kamar mandi. Ia mengetahui bibinya sedang asyik meraba – raba sebuah foto. Maka ia  masuk ke kamarnya pelan – pelan. Setelah berganti pakaian ia keluar kamarnya. Ia berjalan mengendap – endap kearah bibinya. Setelah sampai didekat bibinya ia membisikkan sesuatu ketelinga bibinya.

“Bagaimana bibi ? Tampan kan ?” Bisik Syukur ditelinga Lia dengan suara lembut.

Lia terkejut. Badannya sampai terangkat. Foto yang ada ditangannya sampai jatuh. Ia malu sekali terhadap kemenakannya itu.

“Huh …. Bikin terkejut saja kamu. Selesai mandi tidak bilang – bilang. Tiba – tiba bikin bibi terkejut. Jantungku hampir copot.” Serapah Lia.
__________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar