Total Tayangan Halaman

Sabtu, 17 Maret 2012

Cerber 58. Kasih Tak Sampai.8. KEBENCIAN TERTUKAR DENGAN SIMPATI


“Kamu jangan menipu bibi ! Wajah dalam foto ini sangat berbeda dengan wajah pemuda yang duduk disebelah kiriku tiga minggu yang lewat. Mataku normal, sehat, dan tidak kabur. Mataku masih bisa membedakan antara wajah keduanya. Aku tidak keliru. Aku tidak salah lihat. Tapi kamulah yang berusaha menipu bibi.”

“Betul bibi. Ketika kembali ke pesantren tiga minggu yang lewat Syukur menjumpai ustadzku, Romi wajahnya bengkak – bengkak.  Ia bercerita kepada Syukur penyebab wajahnya bengkak – bengkak itu. Ia di terminal Bungurasih dikeroyok orang. . Ia dianggap pencopet. Kalau saja tidak ditolong oleh seorang gadis cantik mungkin ia sudah menjadi bangkai. Dan kalau tidak salah gadis itu bernama Tiara. Karena terlalu banyak yang mengeroyok. Jadi wajahnya bengkak – bengkak seperti penjahat dihajar orang banyak. Pengambilan gambar foto ini kira – kita enam bulan yang lewat. Ketika selesai suatu acara peringatan PHBI di kampung sebelah pesantren. Okelah kalau begitu. Syukur tidak ingin berdebat dengan bibi. Jadi berangkat apa tidak ?” Terang Syukur agak panjang.

“Jangan – jangan dia memang benar – benar pencopet. Untuk menutupi rasa malu lantas dia beralasan seperti itu.” Bantah Lia.

“Tidak percaya ya sudah. Aku tidak butuh lagi pengakuan bibi. Jadi apa tidak shoppingnya ?”

Lia menjadi lemah untuk pergi ke Tuban. Hasratnya untuk kenal lebih dekat dengan pemuda yang fotonya dipegang itu mengendor. Ia takut terhadap cerita Syukur, kemenakannya itu. Ia takut hatinya terjatuh dalam cinta buta dengan seorang penjahat.

“Bagaimana ya ? Pikiran bibi menjadi tidak enak. Sudah kalau begitu kamu berangkat sendiri saja. Tapi sebelum berangkat, temui neneknya ! Aku kesini tadi untuk menjemputmu, agar kamu menerangkan tentang foto ini.”

“Oke kalau begitu.”

Syukur pergi menuju kamarnya. Ia masuk kedalam kamarnya untuk mengambil tas punggung. Setelah keluar dari kamar ia lantas mengucapkan salam kepada bibinya dan pamit kepada ibu dan ayahnya untuk pergi ke Tuban.

“Sebentar ! Kita bersamaan saja menemui nenek.” Pinta Lia.

Syukur seperti tidak mendengar permintaan bibinya itu. Ia kecewa terhadap pernyataan bibinya yang berubah - ubah. Ia menstart Motor Tigernya dan tancap gas menuju rumah nenekanya yang tidak jauh dari rumahnya. Sekitar satu menit bermotor sudah sampai di rumah neneknya.

Sampai di rumah neneknya ia memarkir motor di halaman dekat pintu.

“Assalamu’alaikum. Nenek …. nenek …. Ada apa nenek ?” Panggil Syukur kepada Hajjah Mariam neneknya dengan suara keras.

“Wa’alaikum salam. Aduh, tidak usah teriak – teriak ! Nenek sudah dengan.” Jawab neneknya.

“Ada apa nenek memanggilku ?”

“Mana bibimu ? Itu lho, tadi dimeja ruang tamu ini ada uang sejumlah empat ratus ribu rupiah. Dibawah uang itu ada selembar foto seorang anak muda. Itu uang dari mana dan foto siapa ?” Tanya Hajjah Mariam.

“Bibi, masih santai ngobrol dengan ibu dirumah tadi.”

“Lho disuruh menjemputmu kok malah diam disana sih.”

Ketika itu tiba – tiba terdengar ada motor yang membelok kehalaman rumah. Syukur melihat orang  yang sedang datang.

“Itu bibi datang nek.”

Masuk memarkir motornya dekata motor Syukur. Setelah mengunci tenggok mator MEOnya ia masuk rumah.
____________________
Insyaalloh bersambung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar