Total Tayangan Halaman

Sabtu, 17 Maret 2012

Cerber 62. Kasih Tak Sampai.8. KEBENCIAN TERTUKAR DENGAN SIMPATI


Siska sudah tahu siapa dua pemuda yang datang itu sejak Romi memarkir motornya. Sejak itu ia mengamat – amati dua pemuda berwajah tampan itu. Kemudian ia mengambil tempat duduk didepan warung. Ia berusaha menampakkan dirinya. Ia ingin disapa oleh dua orang pemuda tampan itu. Tapi ketika mereka berdua masuk kewarung dan tidak menyapanya hatinya menjadi kecewa sekali. Tetapi ketika mendengar Romi berseloroh  “Tapi jaminannya ini kawanku yang tampan ini” hatinya kembali senang. Bahkan ia masih mengharapkan begitu keluar mereka mau menyapanya. Kalau mereka tidak menyapanya, maka ia ingin menggoda mereka.


Dua porsi nasi krengsengan sudah di hidangkan. Mereka berdua menyantap dengan lahap setelah berdoa. Selesai makan ia segera membayar sambil berkata.

“Tidak jadi menghutang bu. Kawanku tidak mau tinggal disini. Karena kawanku tidak bisa bekerja. Ini uangnya bu. Sudah kami pulang. Mohon doanya.” Seloroh Romi sambil memberikan uang lembaran dua puluh ribu.

“Sebentar nak. Uang kembaliannya.” Cegah Hj. Aminah.

“Tidak usah kembali bu. Anggap saja sisanya sebagai uang parkirnya. He he he ….” Romi menimpali sambil seloroh.

Romi memanggul tas jeleknya kembali. Mereka bergegas menuju motornya tanpa menoleh kearah Siska. Mereka takut terjadi seperti tiga minggu yang lewat. Ketika Romi memberikan uang jajan untuk membayar oleh – oleh ia menolaknya dengan sikap yang kasar. Maka kali ini mereka tidak menoleh kearahnya.

Siska merasa jengkel harapannya tidak terpenuhi. Ia mengharapkan sapaan akrab seperti tiga minggu yang lewat. Tetapi harapannya itu sia – sia. Maka ia terpaksa mengoda mereka berdua.

“Mas … Besuk aku try out, mohon doanya ya ? Mana uang jajannya ?” Goda  Siska terhadap mereka berdua.

“Mudah – mudahan mbak bisa mengerjakan dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Maaf mbak kali ini kami tidak memberikan uang jajan ! Karena takut ditolak seperti tiga minggu yang lewat. Jadi uang jajannya minta saja sama mama ya !” jawab Romi,

“Ganteng – ganteng pelit amat. Awas kalau kesini lagi ban motornya aku gembosin !” Ancam Siska dengan suara marah.

“Terima kasih mbak sanjungannya. Sudah salam saja ya hadiahnya. Assalamu’alaikum. Selamat tinggal mbak !” Kata Romi meledek Siska.

“Huh sombong amat !” Teriak Siska dengan suara marah.

Sebelum Romi memacu motornya tiba – tiba ada motor yang datang. Pengendaranya dua orang berhelm teropong berwarna hitam. Motor itu serperti menghadangnya.

Setelah itu pengendara motor tersebut turun dan membuka helmnya. Lantas ia menjulurkan tangan untuk berjabat.

“Assalamu’alaikum ustadz ! Dari mana pak ustadz ?” Tebar Syukur kepada ustadznya.

“Wa’alaikum salam wr. wb. Astaghfirullohal ‘adhim aku pikir siapa, ternyata kamu Syukur. Hampir saja aku tendang. He he he…, Just kidding. Dari rumah sakit. Menjenguk ustadz Rosad yang lagi dirawat disana.”  Jawab Romi.

“Ayo masuk lagi ustadz ! Kita ngobrol dulu didalam. Kami ingin mengobrol agak lama dengan ustadz. Ada hal yang penting untuk kita bicarakan.” Pinta Syukur.

“Kamu dengan siapa dan dari mana saja ? Kalau mau ngobrol lain kali saja. Tidak pas ngobrol diwarung semacam ini.”

“Aku dengan bibiku. Kami dari belanja.”

“Belanja ? Belanja apa ? Kamu berangkat dari rumah ? Tadi malam kamu kan masih di pesantren. Jadi kapan kamu pulang kerumah ?”

“Aku pulang pagi – pagi tadi. Aku sengaja pulang segera menemui bibiku yang tadi malam marah – marah kepada ustadz. Dan kami baru saja berbelanja seperti pesan ustadz.”

“Kamu membelanjakan pesananku ? Pesanan apa ?” Tanya Romi dengan heran.

“Betul ustadz. Kami belanja satu stel pakaian. Satu stel pakaian untuk bibiku sebagai pangganti pakaiannya yang tiga minggu yang lewat kena air liur busuk ustadz. Ini aku bersama bibiku.”

Muka Romi merah padam mendengarkan kalimat Syukur yang terakhir itu. Ia memakai helmnya kembali. Setelah itu ia menstart motornya. Ia segera memacu motornya kearah barat setelah menebarkan salam kepada mereka berdua. Ia meninggalkan mereka berdua dimuka warung milik orang tua Siska itu.
_______________________
Insyaalloh bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar