Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Maret 2012

Cerber 70. Kasih Tak Sampai.9. Cemburu


“Ya kan, menyesal. Tidak bisa sholat berjama’ah. Makanya lain kali membawa peralatan sholat kalau bepergian. Oke kalau begitu. Tapi sebentar aku ingin pamit dulu kepada mbak Siska.”

“Tidak usah pamit ! Tadi sudah aku pamitkan. Kelamaan nanti.” Cegah Lia dengan nada yang mencurigakan.


“Sebentar saja.”

“Pokoknya tidak usah pamit. Tadi sudah aku pamitkan.” Cegah Lia lagi.

“Kenapa sih ? Mesti ada sesuatu yang disembunyikan. Kalau bibi tidak terus terang apa alasannya, maka aku tidak akan meu pulang begitu saja.”

Lia tidak menjawab pertanyaan Syukur itu. Ia hanya memandang Syukur dengan mata tidak suka. Seakan ia mau menerkamnya.

Namun Syukur tidak gentar mendapat pandangan yang menakutkan itu. Ia malah membalikkan badan dan pergi menuju kesebelah selatan mushollah. Ia memandang kearah langit yang luas.

“Hemmm …. Baru kali ini aku merasakan seperti ini. Rasa cemburu kepada Siska, teman akrabku sendiri. Itulah alasanku kenapa aku melarangmu untuk pamit kepada Siska. Sekarang kamu sudah tahu alasan  bibimu kan? Ayo segara pulang !” Kata Lia dengan suara berat.

Syukur tidak ingin menyakiti hati bibinya. Ia maklum terhadap ucapan bibinya itu. Maka ia segera menstart motornya. Kemudian Lia, bibinya naik diboncengannya. Setelah memandang dan menganggukkan kepala kepada Siska Syukur memacu matornya kearah utara, lantas membelok kearah barat. Menuju kota kecamatan Tambak Boyo.  

Syukur dan Lia meninggalkan warung nasi krengsengan itu. Sebuah warung nasi yang menyimpan sejarah indah bagi Romi, Siska, dan Lia.

Siska mengikuti kepergian Lia, kawan akrabnya dan Syukur hanya dengan pandangan matanya sampai hilang ditelan belokan jalan. Setelah mereka hilang di tikungan jalan tiba – tiba hatinya merasa sunyi, dan sepi.

Mentari tetap bersinar. Tetapi sinarnya semakin pudar. Panasnya semakin reda. Angin berhembus semakin kencang. Menebarkan udara dingin. Menyebabkan sinar mentari tak kuasa menyengat kulit lagi.***
______________________
Insyalloh bersambung

1 komentar: