ARTIKEL ISLAMI, AL - QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, AL - HADITS, KISAH NYATA, CERPEN, PUISI ISLAMI DLL. MUDAH DICERNA, INFORMATIF DAN MEMBERIKAN HIBURAN SEGAR.
Total Tayangan Halaman
Rabu, 21 Maret 2012
Cerber 65. Kasih Tak Sampai.9. Cemburu
“Ha ha ha …. Sifatmu belum berubah pula walaupun sudah mempunyai mas Robet. Kamu masih juga tergoda kalau ada pemuda tampan.”
“Kamupun juga demikian juga. Tentu kamu naksir juga kan ?”
“Kalau umpama ya kenapa ? Salah seorang dari mereka pernah menginap dirumahku kok. Bahkan pernah pula menitipkan tasnya disini. Maka tasnya pernah aku buka – buka. Ketika tasnya aku buka – buka ia diam saja.”
“Pernah menginap disini ? Pemuda yang mana ?” Tanya Lia dengan nada tinggi.
“Itu, pemuda yang memanggul tas tadi.” Jawab Siska dengan suara datar saja.
“Gila. Benarkah dia pernah tidur dirumahmu ?” Tanya Lia dengan nada tidak simpati.
“He he he …. Memangnya kenapa ? Apa tidak boleh kalau dia menginap dirumahku ? Tentu kamu naksir dia kan ?”
Mendengar berbincangan mereka Syukur hanya senyum – senyum saja. Ia tidak menyangka bibinya jatuh cinta terhadap ustadznya itu. Ia juga tidak menyangka kalau kawan bibinya, Siska juga jatuh cinta kepada ustadznya. Padahal mereka berdua masing – masing sudah mempunyai pacar.
Kali ini Syukur baru tahu dari ucapan Siska kalau bibinya mudah tergoda oleh pemuda tampan. Selama ini ia menganggap bibinya tidak pernah macam – macam terhadap pemuda. Tetapi dugaannya meleset. Ternyata ketika di Tuban, di tempat kos – kosannya Lia, bibinya banyak kenal dengan pemuda – pemuda tampan. Padahal bibinya ketika pulang kampung seperti tidak kenal dengan pemuda saja. Bahkan dikampungnya Lia, bibinya seperti gadis yang anti kenal dengan pemuda. Ternyata sikapnya di kampung itu palsu saja. Begitu pikir Syukur saat itu.
Mendengar sanggahan Siska itu, Lia menjadi tidak enak. Tiba – tiba dadanya sesak. Nafasnya tersengal – sengal. Pikirannya galau. Ia tidak terima ketika Siska mengatakan Romi pernah menginap dirumahnya. Karena ia merasa seakan – akan Romi adalah miliknya.
Lia berprasangka buruk terhadap Romi. Ia menganggap Romi pemuda yang suka main wanita. Ia mengumpamakan seperti pemuda – pemuda yang pernah dikenalnya. Mereka rata – rata akrab dengan banyak gadis. Ia ingin membenci Romi. Tapi hatinya tidak mau. Hatinya masih tetap mencintai Romi.
Lia tiba – tiba ingin mematahkan pembicaran Siska. Ia ingin menunjukkan kepada Siska bahwa Romi mencintai dirinya. Harapannya dengan demikian Siska tidak mengharapkan Romi lagi.
“Hei Siska ! Asal tahu saja ya ? Aku bersama kemenakanku ke Tuban ini karena melaksanakan pesanannya.” Lia berkata sambil tersenyum.
“Melaksanakan pesananannya ?” Tanya Siska.
“Betul. Aku minta antar kemenakanku ini untuk niat tersebut.”
“Pesanan apa itu ?” Tanya Siska penasaran.
“Ini, belanja pakaian baru. Tadi malam kemenakanku dikasih uang empat ratus ribu. Uang itu untuk membeli baju baru untukku.” Terang Lia dengan bangga.
“Katanya tadi belum kenal dengan dia. Tapi kenapa dia memberi uang sebanyak itu ? Kamu sedang melamun ya ?”
“Kalau tidak percaya tanya saja kepada kemenakanku ini !” Perintah Lia.
Siska menoleh kearah Syukur. Pemuda itu tampak masih terlalu kanak – kanak untuk berbicara cinta dan berbicara serius semacam itu. Ia ragu mau bertanya kepadanya. Tapi karena keingin tahuannya maka ia bertanya pula.
“Apa benar demikian dek ?” Tanya Siska kepada Syukur.
Syukur tidak menjawab pertanyaan itu. Ia tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Tapi ia juga takut untuk berbohong. Ia takut berdosa kalau berbohong. Ia hanya memandang kearah Siska sebentar dan kemudian kearah Lia juga sebentar. Ia juga tidak menganggukkan kepala.
“Jawablah !” Pinta Lia kepada Syukur.
Tapi Syukur tidak menjawabnya juga. Ia justru memalingkan wajahnya. Ia membuang pandangannya keluar warung. Sikap Syukur ini menunjukkan ketidak setujuannya dengan perintah bibinya itu.
__________________________
Insyaalloh bersambung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar