9. CEMBURU
Angin laut siang itu berhembus pelan. Menerpa dedauan. Menyebarkan
hawa sejuk ke seluruh tepian pantai. Sehingga sinar mentari yang cerah tak
terasa terlalu panas.
Sepeninggal Romi dan Rofiq dari Warung Nasi Krengsengan Hj. Aminah
masih menyisakan rasa sepi bagi Lia dan Siska. Walaupun sebenarnya siang itu
pengunjung warung itu cukup banyak.
Lia bersama Syukur berjalan menuju warung. Namun pikirannya
melayang jauh kesuatu tempat. Ia tidak lagi ingat selain sebuah nama. Yaitu
Romi.
Siska demikian juga. Sepeninggal Romi dan Rofiq dari warungnya,
Siska merasa kesepian. Ia ingin bisa memandang mereka berdua. Hatinya hampa.
Karena sebagian hatinya terbawa oleh mereka berdua..
Ketika Lia memasuki warungnya Siska tidak bersikap seperti
biasanya. Biasanya ketika mengetahui Lia masih jauhpun sudah berteriak
memanggilnya. Maklum Lia baginya adalah kawan special. Kawan curhat, kawan
tukar pengalaman, dan kawan berbagi suka dan duka. Namun saat itu antara
keduanya seperti tidak ada keakraban lagi.
“Hello ! Dirumah saja Sis ?” Sapa Lia dengan suara malas.
“Ya. Aku hari ini lesu darah.” Jawab Siska malas juga.
“Kenapa ? Perlu bantuan ?”
“Boleh, kalau mau membantu. Aku setiap hari minggu ada disini saja.
Membantu ibuku berjualan. Tapi hari ini tidak seperti biasanya. Hari ini aku
malas sekali. Tidak enak badan. Kalau hari masih pagi aku malah ingin berlibur
kerumahmu.”
“He he he …. Tidak badan apa tidak enak pikiran ?” Seloroh Lia
sedikit renyah.
“Mungkin kedua – duanya.” Jawab Siska.
“Kenapa tidak enak pikiran ? Apa sedang ada masalah dengan dia ?”
Canda Lia.
“Dia siapa ? Mas Riyan ?”
“Ya. Riyan, pacarmu.”
“Tidak ada masalah dengan dia. Aku saja yang sedang tidak mood
dengan dia. Tadi pagi dia mengajakku ke air terjun Nglirip. Tapi aku tolak.
Karena mau try out besuk. Nglirip itu kan dekatmu ya ?”
“Betul, air terjun Nglirip itu memang dekatku. Tapi tidak dekat
juga. Masih jauh juga.”
“He he he …. Nglamun ya ? Aneh kamu, masak dekat kok jauh. Apa
artinya ?”
“Maksudku dibanding dari sini lebih dekat dari tempatku. Tapi kalau
dari tempatku ke Nglirip itu juga jauh. Begitu lho non.” Lia beralasan.
“Ngomong – ngomong kamua kenal apa tidak dengan dua pemuda tadi ?”
Tanya Siska terhadap Lia bersemangat.
“Naksir ya ? Aku tidak kenal. Hanya kemenakanku ini yang kenal.
Tapi walaupun belum kenal salah seorang dari mereka pernah duduk berdampingan
denganku. Bahkan dia pernah meletakkan kepalanya didadaku. Dan tidur didadaku
pula. Dan yang paling mengesankan air liurnya merembes kedadaku. He he he …”
Jawab Lia berapi – api sambil memegang dadanya.
“Ha ha ha …. Sifatmu belum berubah pula walaupun sudah mempunyai
mas Robet. Kamu masih juga tergoda kalau ada pemuda tampan.”
“Kamupun juga demikian juga. Tentu kamu naksir juga kan ?”
“Kalau umpama ya kenapa ? Salah seorang dari mereka pernah
menginap dirumahku kok. Bahkan pernah pula menitipkan tasnya disini. Maka
tasnya pernah aku buka – buka. Ketika tasnya aku buka – buka ia diam saja.”
“Pernah menginap disini ? Pemuda yang mana ?” Tanya Lia dengan nada
tinggi.
_____________________
Insyaalloh bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar